sejak aku melangkahkan kakiku di jalan ini, semuanya seketika memperhatikanku.
hari ini, aku kembali lagi ke tempat ini setelah bertahun-tahun meninggalkannya.
kusapa anak pemilik rumah ini, yang sungguh, aku mengenalnya dengan amat baik.
ia lupa denganku.
kuperkenalkan diriku, lalu mempersilakanku masuk untuk menemui sosok pemilik rumah yang kucari.
aku masuk, mengucapkan salam.
lalu kudapati sebuah ruangan kecil, di samping ruanganku dulu.
ruang yang menjadi saksi bisu perjalananku selama tiga tahun.
ruang yang menjadi rumah keduaku selama tiga tahun.
ruang yang menjadi tempatku kembali.
di dalam ruangan kecil itu, sosok yang kucari sedang duduk di atas tempat tidur.
seketika aku tercekat.
dadaku sesak.
mataku panas.
(dan saat aku menuliskan ini, air mataku jatuh. tak dapat terbendung.)
kupaksakan sebuah senyum.
ku tarik ujung bibirku agar membentuk senyuman yang tulus.
untuk beberapa detik, aku kembali tersadar.
kuperkenalkan diriku kembali, berjaga-jaga jikalau sosok itu tidak mengenaliku.
"Aku ingat."
katanya.
tubuhnya semakin kurus.
kuberikan tanganku.
ia sulit menjabat tanganku.
semua kenangan baik tentang kita pada masa itu seketika menghampiriku.
aku bertanya basa-basi kepadanya.
selama kami berbincang, ia menghindari kontak mata denganku.
hatiku semakin sakit.
nafasku mulai sulit.
sepuluh menit waktu berjalan, rasanya seperti mengembalikan segala kenangan kami selama tiga tahun bersama.
aku mengenali tempat itu dengan baik.
aku mengenali sosok itu dengan cukup baik.
dan saat ini,
aku hanya ingin menangis.
tapi aku harus tetap terlihat ceria di matanya.
dalam detik selanjutnya, kuputuskan untuk mengundurkan diri dari hadapannya.
kuberikan tanganku, kuucapkan salam padanya.
saat aku berada di ujung pintu, ia memanggilku.
menanyakan sesuatu padaku.
aku tertawa.
---terpaksa tertawa, lebih tepatnya.
aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah itu.
banyak yang tertinggal disana.
banyak yang membuatku selalu ingin menangis disana.
cepat sembuh, Pak.
maaf karena Ifa baru sempat menemuimu.
-L.