Malam ini aku pulang dengan peluh penuh kekecewaan.
Kulipat lengan bajuku,
Sambil menatap nanar kendaraan yang berlalu-lalang di depanku.
Malam ini,
Di bawah pancaran lampu kuning—atau oranye?
Aku melihat kekalahan ku jauh di ujung jalan sana.
Malam ini,
Di bawah balutan mendung—sungguh aku merindukan bulan akhir-akhir ini.
Langit melihatku seakan ia mengerti apa yang terjadi padaku.
Aku pernah berjuang pada saat itu.
Aku pernah berharap banyak pada saat itu.
Namun kini, kesemuanya seperti asap kendaraan bermotor di depanku yang lalu tiba-tiba menguap menjadi gumpalan awan hitam yang menutupi langitku.
Kulangkahkan kakiku.
Aku menatap kosong jalan trotoar di depanku.
Mataku panas.
Oh tidak,
Ia mengeluarkan cairan.
Segera kuusap cairan itu sebelum ia membasahi pipiku.
Aku mengaduh,
Aku bertanya-tanya.
Kurangkah usahaku selama ini?
Kurangkah do’aku selama ini?
Kurangkah kebaikan-kebaikan yang kulakukan selama ini?
Ataukah kesemuanya tertutup dengan dosa-dosa kecilku yang tak terasa telah menggunung?
Ataukah kesemuanya menghilang seiring dengan banyaknya kesombongan-kesombongan yang tak terasa sering kali kulakukan tanpa aku menyadarinya?
Cairan ini tak terbendung.
Aku terisak.
Aku menunduk.
Aku tak kuasa berdiri.
Aku kalah dengan diriku sendiri.
-L.