Kali ini, saya akan berbagi tentang apa yang telah saya dapatkan di minggu ini.
Well, sebelum saya melanjutkan untuk bercerita, atau berbagi, saya sangat mengharap feedback dari teman-teman pembaca akan tulisan saya. Jika terdapat satu atau beberapa dari yang saya sampaikan tidak sesuai dengan teman-teman, bisa menghubungi saya, melalui email thawafani15@gmail.com.
Oke, kembali ke topik yang ingin saya sampaikan.
Sebelumnya mungkin perkenalan terlebih dahulu. Nama saya Lathiifah, mahasiswi semester 5, Teknik Industri.
Apa yang ada di benak teman-teman, saat mendengar Teknik Industri (TI)? Mungkin yang ada di benak teman-teman (yang belum mengetahui, what is the real IE), TI adalah sebuah program studi yang hanya membahas mengenai pabrik, pabrik, dan pabrik. Tapi, itu salah besar.
Karena, di TI, kami belajar banyak hal. Science, sosial, humaniora, bahkan ekonomi. Mungkin ada beberapa dari teman-teman yang sudah membaca atau bahkan mengikuti blog saya semenjak awal, bertanya-tanya, “Kok bisa masuk di TI? Kan dulu di Farmasi?”. Tapi kali ini saya tidak akan membahas itu. Saya akan membahas tentang,
“Sebenarnya kita kuliah untuk apa?”
Pertanyaan itu menghantui saya akhir-akhir ini. Tapi engga juga ding. Dari dulu malah.
Mungkin akan ada yang menjawab, “Kuliah itu ya untuk mencari ilmu.”
Atau, “Biar wawasan nambah, dan dapet temen banyak.”
Atau, “Biar bisa mengasah kemampuan, baik di soft skill maupun hard skill.”
Atau, “Daripada nganggur mending kuliah.”
Atau banyak jawaban lain.
Dan sekarang, saya ingin bertanya kepada teman-teman, “Anda kuliah untuk apa?” silakan jawab pertanyaan itu, dan simpan untuk teman-teman sendiri.
Well, sampai di semester 5 ini, banyak hal yang belum saya kerjakan. Selama saya menjadi mahasiswa. Mungkin banyak, tapi masih sangat sedikit jika itu menyangkut kemaslahatan ummat.
Begini, banyak waktu yang lalu, saya “di tantang” oleh seorang teman. Beliau menyampaikan seperti ini, “Semester depan kamu sudah masuk ke semester 5. Setelah semester 5, kamu sibuk ke KP, setelah KP kamu bakalan ngurus TA. Sisa waktumu hanya semester depan saja. Jadi, buat tahun ini menjadi tahun terbesarmu.” (Re: KP = kerja praktik; TA = tugas akhir; tahun ini = 2017)
Saat dia menyampaikan seperti itu, ada seperti “tanggungan” yang harus saya kerjakan. Paling tidak, ada hal besar yang saya lakukan di tahun ini, yang mungkin nantinya bisa “mengubah” saya. Entah dari cara saya berpikir, mengambil keputusan, bahkan dalam bertindak, atau mungkin dalam bentuk karya atau semacamnya.
Dan setelah saya menimbang dan berpikir, “Apa yang belum saya kerjakan?”
Lalu, sisi lain pada diri saya menjawab, “Banyak sekali yang belum kamu kerjakan. Dan tahun ini akan segera berakhir.”
Saat melihat teman-teman saya yang bisa “keluar”, mengembangkan diri mereka, dengan ikut ke komunitas-komunitas mengajar, kepanitiaan event-event besar, mengabdi ke masyarakat, dan banyak hal lain yang tidak hanya bisa mengembangkan diri mereka di dalam kampus, namun juga di luar kampus, membuat saya iri, sebenarnya. Namun semua orang memiliki caranya tersendiri untuk meningkatkan kualitas diri mereka. Ada yang memanfaatkan kegiatan di luar kampus seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, ada juga yang memanfaatkan kegiatan di dalam kampus. Himpunan, UKM, lab, lomba-lomba akademik, dan banyak hal lain. Bahkan ada juga teman-teman saya yang bisa imbang didua-duanya. Salute!
Dari kesemuanya itu, tidak ada yang salah. Kita semua memiliki waktu tersendiri, yang mana itu adalah sudah menjadi jatah kita di tiap waktu kita.
Berbicara tentang kegiatan belajar mengajar di perkuliahan, ada hal yang saya favoritkan pada tiap kali perkuliahan berlangsung. Terlepas dari dosen menyampaikan materi perkuliahan, yaitu, menyampaikan sebuah nilai-nilai kehidupan. Misalnya adalah, dengan memberikan sebuah “pesan” tersirat pada mahasiswa saat perkuliahan berlangsung; memberikan sebuah, mm, bisa dikatakan, pengalaman hidup, atau “gimana sih kehidupan kita setelah perkuliahan?”; atau “gimana sih dunia kerja yang sebenarnya?”; atau banyak hal lain.
Dan bodohnya saya adalah, saat dosen menyampaikan “poin-poin” yang menurut saya penting (selain materi perkuliahan), saya tidak menyimpannya. Namun, beberapa waktu terakhir, saya mulai menuliskan “hal-hal penting” itu.
“Emang sepenting itukah yang disampaikan dosen sampai harus ditulis?”
Dan jawaban saya adalah, “Ya.”
Sebenarnya saya memiliki hobi menuliskan hal-hal yang menurut saya menarik. Bisa jadi hal itu muncul saat saya sedang berdiskusi dengan teman, melihat sesuatu di jalan, di internet, atau yang lainnya. Termasuk ketika saya bertemu orang baru, yang baru saya kenal. “Bisa jadi, kita tidak akan bisa bertemu kembali,” itu yang saya pikirkan. Karena saat kita bertemu orang baru, saat itulah kita bertemu guru baru.
Well, beberapa minggu yang lalu, saya mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh himpunan kami. Ada hal menarik yang disampaikan oleh pembicara. Terlepas dari materi seminar yang beliau sampaikan. Tertulis dengan jelas di buku kecil yang selalu saya bawa. Untuk menuliskan hal-hal menarik menurut saya. Seperti ini, “Jika suatu saat kita menjadi pejabat, pertahankan integritas. Tingkatkan infrastruktur, perguruan tinggi harus bersinergi dengan pemerintah. MEA adalah ancaman serius bagi bangsa kita sekarang. Harus bisa mengelola SDM dan SDA di Indonesia. Harus bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Perkuat kemampuan diri sendiri untuk menghadapinya.”
Pesan itu disampaikan oleh Ibu Sri Peni Inten Cahyani, Direktur Utama Indonesia Power.
Ya, semua orang memang tahu tentang hal tersebut. Namun, beberapa hanya tahu saja. Tanpa ada tindak lanjut, maksudnya adalah, tidak adanya persiapan untuk menghadapi MEA, maupun segala “tantangan” yang ada di depan. Nah, untuk menghindari itu, dan untuk selalu mengingatkan saya untuk selalu insyaAllah mengimprove diri saya, saya tulislah hal tersebut.
Integritas memang sangat penting. Bahkan dosen saya pernah menyampaikan di sela-sela perkuliahan, “Saya tidak terlalu peduli dengan soft skill maupun hard skill. Meskipun itu adalah hal yang penting. Namun bagi saya, integritas tidak kalah pentingnya.”
Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh dosen saya. Tapi sebenernya, intergritas itu apa sih? Sampai-sampai ia dielu-elukan oleh banyak orang? Jadi, menurut sebuah artikel yang saya baca, integritas adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi, dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur, dan memiliki karakter kuat. (ot.id)
Ya. Kepercayaan memang yang utama. Dan tidak dapat dibeli. Karena kepercayaan itu memang susah. Saat orang lain sudah memberikan kepercayaan pada kita, saat itulah, kita diuji. Apakah akan selalu menjaganya, atau mengkhianati.
Berbicara tentang memperkuat diri sendiri, atau bisa juga dikatakan sebagai, meningkatkan kemampuan dan kualitas diri kita. “Kita bisa meningkatkan kualitas diri kita, saat kita tahu siapa diri kita yang sebenarnya.” Itu adalah apa yang disampaikan oleh dosen saya yang lain, tentang kualitas diri.
Dan saya sangat setuju dengan itu. Bagaimana kita bisa meningkatkan diri kita, jika bahkan, kita tidak mengetahui, atau lebih parahnya, tidak mengenal diri kita yang sebenarnya?
Nah, “Siapa diri saya yang sebenarnya?”
Silakan tanyakan hal itu pada diri teman-teman sendiri.
Dengan kita mengetahui diri kita, kita juga bisa tahu, sejauh mana yang kita bisa. “Bisa” disini memiliki arti yang luas, bisa menghadapi permasalahan, bisa memberikan argumen dengan baik, bisa memperlakukan orang lain dengan baik, dan banyak sekali hal lainnya.
Dan jika teman-teman memberikan pertanyaan balik kepada saya, “Apakah kamu sudah mengenal siapa diri kamu yang sebenarnya?”
Dan saya menjawab, “Pelan-pelan, saya mulai mengenal diri saya.” Karena itu memang hal yang tidak mudah.
Lalu berbicara mengenai “yang akan kita hadapi pada masa yang akan datang” pun, membuat saya bergeming. Apa yang sudah saya persiapkan?
Salah satu dosen saya menyampaikan, “Bisa fleksibel, adalah tantangan yang harus kalian hadapi di masa kalian mendatang. Kita tidak akan bisa tahu apa yang akan menjadi trend pada masa nanti. Dan mulai sekarang, kalian harus mempersiapkannya.”
Lalu pertanyaan saya, “Apa yang harus saya lakukan?” Hayolo. Malah bingung.
Lalu diri saya yang lain menjawab, "Perkuat integritas, tingkatkan kemampuan diri, mau belajar dan yang paling penting, selalu mendekatkan diri pada Rabb-mu.”
Baiklah teman-teman pembaca semua, itu adalah sebagian kecil dari apa yang saya dapatkan, dan apa yang ingin saya bagi ke kalian semua. Saya akan sangat senang jika ada yang ingin berbagi juga dengan saya, bisa lewat kolom “komentar” di bawah, atau melalui e-mail yang sudah saya cantumkan di atas, sehingga kita bisa berdiskusi. Baik itu tentang perkuliahan, non-perkuliahan, atau hal lainnya. Selama hal itu masih “layak” untuk didiskusikan. Hehehe.
Di postingan selanjutnya, insyaAllah saya akan menyampaikan tentang salah satu pengalaman saya. Yang sampai saat ini masih menghantui saya. So, sampai jumpa di postingan saya selanjutnya!
-L-