Selasa, 30 April 2019

25

Kita adalah jalan sepanjang 268 kilometer membentang diantara pulau jawa.
Kita adalah malam bertabur bintang dan pagi berselimut kabut.
Kamu adalah udara dingin di puncak pulau jawa,
Dan aku adalah gerimis yang merintik di bukit pulau jawa.

Kita adalah sepasang jalan menuju danau di pegunungan itu.
Kita adalah gumpalan awan hitam yang melangit.
Kamu adalah jeruk yang manis,
Dan aku adalah apel yang manis.

Kita adalah sebuah perjalanan yang menjadi memori.
Kita adalah sebuah perjuangan yang menjadi abadi.
Kamu adalah air yang mengalir di jalanan menurun yang kita lalui.
Yang aku relakan untuk pergi, bermuara pada tempatmu seharusnya.
Dan aku harus melepaskanmu seperti air danau yang menguap dihisap awan di siang yang memanas.

19 Maret 2019.
Share:

Minggu, 31 Maret 2019

24


sejak aku menginjakkan kakiku di tempat ini, semuanya seketika menyatu.
sejak aku melangkahkan kakiku di jalan ini, semuanya seketika memperhatikanku.
hari ini, aku kembali lagi ke tempat ini setelah bertahun-tahun meninggalkannya.
kusapa anak pemilik rumah ini, yang sungguh, aku mengenalnya dengan amat baik.
ia lupa denganku.
kuperkenalkan diriku, lalu mempersilakanku masuk untuk menemui sosok pemilik rumah yang kucari.
aku masuk, mengucapkan salam.
lalu kudapati sebuah ruangan kecil, di samping ruanganku dulu.
ruang yang menjadi saksi bisu perjalananku selama tiga tahun.
ruang yang menjadi rumah keduaku selama tiga tahun.
ruang yang menjadi tempatku kembali.
di dalam ruangan kecil itu, sosok yang kucari sedang duduk di atas tempat tidur.
seketika aku tercekat.
dadaku sesak.
mataku panas.
(dan saat aku menuliskan ini, air mataku jatuh. tak dapat terbendung.)
kupaksakan sebuah senyum.
ku tarik ujung bibirku agar membentuk senyuman yang tulus.
untuk beberapa detik, aku kembali tersadar.
kuperkenalkan diriku kembali, berjaga-jaga jikalau sosok itu tidak mengenaliku.
"Aku ingat."
katanya.
tubuhnya semakin kurus.
kuberikan tanganku.
ia sulit menjabat tanganku.
semua kenangan baik tentang kita pada masa itu seketika menghampiriku.
aku bertanya basa-basi kepadanya.
selama kami berbincang, ia menghindari kontak mata denganku.
hatiku semakin sakit.
nafasku mulai sulit.
sepuluh menit waktu berjalan, rasanya seperti mengembalikan segala kenangan kami selama tiga tahun bersama.
aku mengenali tempat itu dengan baik.
aku mengenali sosok itu dengan cukup baik.
dan saat ini,
aku hanya ingin menangis.
tapi aku harus tetap terlihat ceria di matanya.
dalam detik selanjutnya, kuputuskan untuk mengundurkan diri dari hadapannya.
kuberikan tanganku, kuucapkan salam padanya.
saat aku berada di ujung pintu, ia memanggilku.
menanyakan sesuatu padaku.
aku tertawa.
---terpaksa tertawa, lebih tepatnya.


aku melangkahkan kakiku keluar dari rumah itu.
banyak yang tertinggal disana.
banyak yang membuatku selalu ingin menangis disana.


cepat sembuh, Pak.
maaf karena Ifa baru sempat menemuimu.


-L.
Share:

Kamis, 28 Februari 2019

23



Aku berjalan.

Menyusuri kenangan yang ternyata sudah enam tahun lamanya ia merangkak.

Menuju sebuah kebahagiaan?

Entahlah.

Yang pasti ia membawaku hingga ke titik ini.

Saat dimana tangisan dan segala macam kepedihannya adalah temanku sehari-hari.

Jauh.

Sepi.

Sendiri.

Lalu menghilang.

Membawa dua-tiga hal yang aku yakini sebagai pertanda bahwa aku pernah menangis dan terbawa di jalan ini.

Kuucapkan terima kasih untuk segala luka dan kepedihan yang pernah ada.

Aku benar-benar mencintaimu,

Dengan sepenuh hatiku.



Selasa, 26 Februari 2019.
Share:

Rabu, 20 Februari 2019

Tulisannya Ifa - 9



Halo, teman-temaan! Sebenernya mau unggah tulisan ini akhir bulan nanti. Tapi, karena kelamaan, jadinya diunggah hari ini.

Oke, kebanyakan dari kalian yang baca ini, mesti baca caption di postingan terbaruku di Instagram.

Yak, kali ini, aku mau ngebahas tentang #bijakberplastik.

Sebenernya mau bahas ini sejak Bulan Juni tahun lalu. Karena data-data yang dibutuhkan kurang (ciee. Karena emang waktu itu pengin nulis yang rada-rada ilmiah dikit. Ngga cuma curhatan aja. Hahaha.), akhirnya memutuskan untuk: yaudah deh. Ngga usah aja.

Nah, karena saat ini diberikan kesempatan untuk speak up, kuberanikan diri untuk memposting tulisanku ini. Sebenernya ini lebih ke sharing aja sih. Sebelumnya, tulisan ini di buat untuk mengajak kita semua untuk lebih peka dengan lingkungan, sih. Dan, ini tidak ada endorse atau bayaran atas tulisanku yaa. Hahahaha.

Jadi, #bijakberplastik adalah sebuah gerakan dari perusahaan air mineral AQUA untuk meminimalisir plastic. Baru-baru ini, AQUA meluncurkan kemasan barunya yang dimana, kemasan itu diproduksi dari botol bekas. Maksudnya adalah, mereka mendaur ulang botol-botol plastik yang sudah tidak terpakai, untuk selanjutnya di produksi menjadi kemasan yang baru. KEREN! Salute sama AQUA yang sudah memulai gerakan ini.

Nah kenapa kok aku pakai tagar #bijakberplastik untuk memulai “kampanye” pengurangan sampah plastik? Sebenernya alasannya simpel, karena suka. #bijakberplastik memang terkesan bijak. Dan itu bagus. Makanya aku suka. Wqwq. Selain itu, setahuku, tagar untuk “kampanye” pengurangan sampah plastik, baru ada #bijakberplastik. Atau.. ada yang lebih dulu? Kalau iya, kasih tau aku yaa. Hehehe.

Seperti yang kutuliskan di caption postingan terbaruku di Instagram, kita ngga bisa cuma “buang sampah di tempatnya” aja, lalu bisa menyelamatkan dunia. Karena, akan percuma juga bila kita ngga ada aksi buat mengurangi sampah plastik. Dan seperti yang kita semua tau, proses pengurangan sampah plastik pun juga ngga cepet, makanya butuh kerjasama dari seluruh orang, seluruh masyarakat, seluruh pribadi, untuk lebih “peka” kepada lingkungan.

Mungkin sebagian temen-temen udah pada tau perihal ini, namun bagi teman-teman kita yang tidak terlalu peduli dengan ini, mungkin hanya terlihat “halah opo, rak penting.” Jadi, yuk kita semua kasih tau ke temen-temen, sodara, buat ngga buang sampah sembarangan dan belajar untuk mengurangi sampah plastik.

Dan seperti yang kita semua tau juga, Indonesia menempati peringkat kedua dunia untuk “permasalahan” sampah plastik yang ditemukan di laut. Karena memang sebenarnya isu ini sudah lama sekali ada.

Jadi, teman-teman. Yuk, kita mulai untuk mengurangi sampah plastik. Beberapa hal yang paaaliiinggg mudah dilakukan adalah:

1. Kurangi penggunaan sedotan plastik dengan sedotan sjw (wahahaha, sjw :)))))) ).

2. Kurangi penggunaan kantung plastik dengan bawa dan pakai tas kain atau tote bag yang bisa dipakai berkali-kali.

3. Bawa botol minum sendiri. Sekarang banyak tempat yang menyediakan refill minum, kan?

Nah, mungkin segitu dulu tulisanku kali ini. Temen-temen bisa baca artikel-artikel lain yang memuat tentang “kondisi” sampah plastik di negeri kita tercinta.

Jangan sampai apa yang kita makan, adalah apa yang kita buang.

Hehe. Paham ngga? Wqwqwq. :p



Terima kasih banyak untuk kalian yang udah baca sampai akhir. Huhuhu aku terharu :p (PADAHAL MAH NGGA TAU ADA YANG BACA ATAU ENGGA. HAHAHAHAHAHAH)

Oiya, rencananya aku mau bikin buku, nih. Draft nya sih antologi prosaa. Hahaha. Tapi, belum nemu judul yang pas. Nah, buat kalian teman-temanku yang baik hatinya dan terbuka pikirannya :p, aku mau minta usulan kalian dong, enaknya judul buku ku apa ya? Hehehe. Bisa kontak aku lewat email di thawafani15@gmail.com yaaahh!! Atau di akun medsos ku juga boleeh. Hehee. Makasiiihhh!!


sampai bertemu lagi di Tulisannya Ifa yang selanjutnyaaa!!



♥,
-L.
Share:

Kamis, 31 Januari 2019

22

Suatu hari di Bulan September 2017.



Terik matahari di pertengahan bulan itu membuat kulit kami terbakar.
Terlebih saat ini kami sedang berada di atas tebing menuju sebuah pantai yang cukup indah.
Kami harus turun, melewati anak tangga yang sungguh licin.
Meskipun saat ini matahari sedang terik-teriknya.
Kusaksikan pantai laut selatan memantulkan cahaya matahari dengan begitu gagahnya.
Meleburkan gumpalan awan putih dan buih di lautan dengan deburannya hingga membuat mereka mengalah dengan mudahnya oleh pesona lautan dan sang surya.
Deburan ombak berpadu dengan angin yang cukup kencang membuat jilbabku harus kutahan agar tidak kemana-mana.
Sungguh, ini indah sekali.

Sesampainya di pantai, aku duduk di bawah pohon—aku tak tahu namanya—tepat beberapa langkah dari bibir pantai yang penuh bebatuan.
Kulihat sepasang kekasih duduk berdua, jauh di sebelah kananku.
Namun aku masih bisa melihat mereka sedang berangkulan.
Ya.
Pantai ini cukup sepi.
Hanya ada empat orang disini.
Atau sebenarnya ada lebih dari kami, namun aku tak melihatnya.
Kusaksikan dirinya berjalan mendekati pantai dengan bebatuan dan karang yang menjulang ke atas seakan menantang mega.
Sementara aku membeku—masih di bawah pohon itu.

Matahari sudah condong ke barat saat kami melanjutkan perjalanan.
Kuperhatikan semburat kuning-oranye-melebur dengan birunya langit-di atas kepalaku.
Sampai di tempat istirahat, kulepas sepatuku, kudapati ia merengek untuk digantikan dengan yang baru.
Hhh.
Perjalanan waktu itu benar-benar melelahkan hingga membuat ia melepaskan diri dari sol-nya.
Baiklah, Sayang, kamu perlu istirahat.
Sudah bertahun-tahun kamu menemani perjalananku.

Pukul delapan malam, kami meninggalkan daerah itu dengan sejuta kenangan yang tertinggal.

Hanya angin malam dan suara deburan ombak dan asap kendaraan dan keringat yang masih tertinggal dan terbawa hingga kami pulang.

Suatu hari di Bulan September 2017, yang akan ku kenang sebagai hari dimana semesta sungguh memanjakan kami dengan teriknya matahari dan sepoi angin di tanah gersang ini.


-L.
Share:

Minggu, 16 September 2018

Tulisannya Ifa - 8

Namaku Lathiifah Thawafani. Aku suka sama orang yang bisa menuliskan dan melafalkan namaku dengan benar. Karena saat salah menuliskan dan melafalkan, arti dari namaku juga akan berubah. Begitu. Hehe.

Satu hal yang selalu aku sampaikan/katakan pada diriku saat aku ragu atau bimbang untuk memulai atau melakukan sesuatu adalah: “Tubuhmu memang kecil, namun kamu harus melakukan hal yang besar. Paling tidak lakukan itu untuk dirimu sendiri. Buat dirimu bangga dengan dirimu sendiri. Saat kamu bisa melakukan itu dengan baik, maka orang lain akan dengan sendirinya bangga juga denganmu. Saat kamu bisa mencintai dirimu sendiri dengan baik, maka orang lain akan dengan sendirinya mencintai dirimu.”

Setiap hari adalah hari yang baru. Setiap hari kita pun selalu belajar tentang hal-hal baru. Dan aku pun selalu berusaha untuk mau dan bisa untuk mempelajari hal baru, karena saat aku melakukan hal baru, akan banyak sekali kekurangan yang ada pada diriku. Begitupun saat bertemu dengan orang-orang baru, yang selalu bisa memberikan motivasi dan inspirasi pada diriku sehingga aku bisa “meningkat”. Tidak cepat puas dengan apa yang telah aku raih, tidak cepat merasa cukup dengan apa yang telah aku capai. Dalam hal apapun.

Tahun lalu, seseorang menyadarkanku bahwa apa yang aku pikirkan selama ini salah. Ia mengubah perspektifku. Dan aku sangat bersyukur dan berterima kasih atas itu. (p.s: kayanya aku pernah nulis ini sih. Aku lupa. Wahahaha). Tahun ini, aku belajar lebih banyak lagi. Tentang meningkatkan “value” pada diriku. Karena aku ingin selalu berkembang. Dalam hal apapun.

Dulu aku adalah seorang pemalas, makanya sekarang aku belajar untuk mengerti dan melakukan pekerjaan rumah.

Dulu aku ngga bisa naik motor, sekarang berangkat dan pulang selalu naik motor.

Dulu aku ngga bisa markir motor, sekarang juga masih ngga bisa markir motor. Sedih ☹(((((

Dulu aku ngga terlalu suka sama anak kecil, sekarang tiap liat anak kecil, rasanya pengin “ngerti” dunia mereka.

Dulu aku ngga terlalu suka sama binatang, apalagi kucing. Karena aku bukan “dog person”, apalagi “cat person”, tapi aku seorang yang menyedihkan. Tapi sekarang, aku mencoba untuk lebih sayang sama binatang. Karena sering banget ada kucing di rumah, yang nyari-nyari makan, tapi ku abaikan. Kemudian aku berpikir, mungkin ini cara Allah untuk menegur diriku. Mungkin dari aku ngasih makan kucing, aku bisa masuk surga dengan cara itu. Karena sebagian rizki ku, juga rizki mereka. No one knows.

I just trying to be a better person. As well as I can.

Sampai sekarang aku masih belajar untuk bisa mengendarai dan markir motor dengan baik. Biar ngga membahayakan pengendara lain.

Mungkin bagi beberapa orang itu merupakan hal lucu dan sepele dan ngga mutu, iya, karena mereka bisa. Sedangkan menurutku, itu merupakan hal yang besar buatku, karena sampai saat ini aku belum bisa melakukan itu dengan baik.

Orang-orang punya kapasitas tersendiri dari apa yang telah mereka lakukan. Dan tidak semua orang bisa diukur dengan cara yang sama.

Seperti saat aku dibilangin sama temen, “Eh ada anak SMP nyasar.” Atau “Dek, mau kemana, Dek? Salim dulu sama senior.” Dan semacamnya. Lagi-lagi tentang fisik. Dari situ, aku bilang sama diriku sendiri, “Oke, aku memang kecil. So, what? Apakah dengan fisikku yang kecil, itu bisa menghalangi diriku untuk melakukan hal-hal yang besar?”

Dari berbagai macam “bully”an itu, aku mencoba untuk bangkit dan membuktikan pada mereka bahwa, “Hey! Aku bisa melakukan lebih dari apa yang kamu lakukan. So stop doing that f***ing things!” tapi tentu saja aku ngga mungkin untuk menyampaikan itu secara langsung. Emang e aku edan? Wqwqwq. Aku isih waras, cui. Seriously, dude. I do not care about it anymore!

Jadi, untuk teman-teman yang mempunyai keterbatasan fisik sepertiku, bersyukurlah. Karena dari itu, kamu bisa meningkatkan value dari dirimu. Tapi tentu saja, kalian ngga boleh sombong dengan apa yang telah kalian capai. Inget dong, kalau kesombongan itu bisa membunuh dirimu sendiri? Jadi kalian harus tenang, kalem, diem-diem aja, tapi sekali gerak, langsung mengguncang dunia. Wqwqwqwq lebay banget yhaaa. Gapapa.

Jujur, selama 20 tahun lebih aku hidup, tentu saja banyak pencapaian yang telah aku lakukan. Dalam hal apapun. Tentu saja hal itu tidak terlepas dari peran umi selaku ibuku yang sangat baik hatinya dan aku menyayangi dan mencintainya dengan segenap hatiku. Semua hal yang aku lakukan, semua ini untuk umi. Kalau hal yang kulakukan itu bisa ngasih dampak positif buatku, berarti itu adalah bonus buatku. Aku kuliah, buat umi. Everything I do is for her. Everything. Saat aku melakukan hal baik, itu buat umi. Dan semacamnya. Karena ya.. gimana ya jelasinnya. I just love her. So I do everything good for her, too. Kalau pengin tau detailnya, ngobrol aja sama aku, yuk. Wqwqwq. Susah nulisnya.

Selain itu, diskusi sama orang yang nyambung dengan apa yang kita pikirkan itu asik banget. Bisa dapet wawasan baru, dan tentunya bisa sejalan. Dari banyak diskusi yang pernah aku lakukan dengan beberapa orang, banyak sekali dari mereka yang sering ngasih aku inspirasi buat nulis. That’s why aku suka banget diskusi sama mereka. Untung aku punya temen-temen baik yang enak diajak diskusi. Hehehe.

Kadang ngomongin orang juga bisa jadi bahan evaluasi buat diri kita, lhoo. Wahahahaha. Jangan ditiru tapi yaa, karena ngga baik ngomongin orang. Pis lof en gaul.

Diskusi sama orang juga bikin kita jadi semangat buat “menjalani” hidup, kalau diskusinya positif dan inspiratif yaa. Kadang aku juga suka melihat orang lain untuk dijadikan motivasi. Tapi tentu saja harus yang setara yaa. Maksudnya gini, ikan akan selalu merasa dirinya bodoh kalau dia disuruh buat manjat pohon. Paham maksudku kan? Harusnya sih paham. Ya intinya gitu.

Saat aku merasa aku bisa mencapai itu, insyaallah akan kulakukan. Tapi kalau engga, ya.. udah. Huahahha bukan pasrah yaa. Tapi apa ya namanya, selama hal yang kulakukan itu memang benar-benar bisa kulakukan dan ngasih “value” buat diriku, I’ll do it. Tapi kalau misal aku udah nyoba dan hal itu cuma bikin capek aja, yaudah ngapain dilanjutin. Got my point?

Intinya, you have your own big things.

Selain itu perjalanan selama 20 tahun lebih ini, banyak sekali perjuangan dan segala macamnya yang kadang di atas, kadang di bawah. Hal itu sangat amat biasa karena kita still alive. Hahaha. Dan untuk perjalanan dan bagaimana proses itu berlangsung, tentu waktu yang dibutuhkan juga ngga sebentar. Namun untuk saat ini mungkin beberapa poin di atas tadi bisa mewakili, meski sedikit. Mau nulis juga tapi sepertinya tulisan selanjutnya aja ngga papa yaa?? Hehehe.

Dan tulisan ini sebenarnya kutujukan untuk diriku sendiri. Untuk bahan evaluasi 20 tahun ini, dan insyaallah harapan untuk banyak tahun ke depan.

Untuk yang sudah baca sampai akhir ini, sebagai bentuk terima kasihku, aku punya pertanyaan yang harus kalian jawab (boleh PC aku, atau kirim email ke thawafani15@gmail.com atau kirim pesan ke twitter/instagram ku di @lthawafani). Dan pertanyaannya adalah:

Apakah yang aku tulis di postingan ini bisa kalian ambil sisi positifnya?



See you on my next Tulisannya Ifa.


Sabtu, 15 September 2018.

Yours truly,

-L.
Share:

Sabtu, 08 September 2018

21

sebuah pengakuan.


di bawah remang senyuman bulan sabit yang begitu menawan

di bawah balutan kerlipan ribuan bintang nan jauh di sana

aku, adalah planet pluto

kecil, jauh, tidak dianggap

namun, ya, dulu pernah ada

namun tak abadi

meski sebenarnya keabadian berada pada diri dan jiwaku

aku merindukan suaranya

aku merindukan nafasnya

aku ingin dianggap

aku ingin ada

aku ingin kekal


-L.
Share: