Rabu, 19 Juli 2017

9

Kita selalu di bawah langit yang sama.
Diantara bunga-bunga yang sama.
Tertuju pada satu lensa kamera.
Lalu kita tertawa.
Namun tiba-tiba terdiam tanpa suara.
Kenapa?
Apakah karena hari ini matahari tak tersenyum seperti biasanya?
Atau karena bulan itu terlalu jauh di sana?
Silakan bertanya-tanya.
Namun jangan mengajakku berpura-pura.
Karena aku tak bisa.
Bisakah kita bertemu lagi untuk berbicara?
Apa saja.
Aku tak akan tertawa.
Dan kamu tak akan merasa biasa saja.
Karena kita tahu kita luar biasa.
Dan bintang yang berkilauan di sana pun juga tahu akan kebenarannya.
Percayalah aku tak akan membuatmu terpenjara.
Santai saja.
Haha.
Silakan tertawa.
Silakan berkelana.
Namun jangan menangis karena menyesali hal yang sama.
Di jaga kesehatannya.
Sampai kita bertemu lagi untuk bersama.
Ea.
Tapi ingat ya.
Ini bukan sajak yang hanya semata-mata kutulis saja.
Ini adalah cerita.
Cerita yang kutulis karena kusuka.
Ingin sekali aku melanjutkan ceritanya.
Namun aku bingung harus dengan kata apa lagi aku menuliskannya.
Karena kalimatnya harus berakhiran a.
Agar sama.
Mungkin cukup sampai di sini saja.
Bisa di play lagu Raisa.
"Usai di Sini", judulnya.
Agar lebih berasa.
Sampai bertemu kembali dengan berbagai cerita.
Sampai jumpa.
Share:

Jumat, 07 Juli 2017

Masjid Agung Surakarta, Destinasi Sejarah Jawa Tengah

Kota Solo, sangat terkenal dengan tempat yang memiliki budaya yang kental, kota yang dikenal dengan kulinernya yang murah, serta batiknya yang sangat beragam. Tapi kali ini, aku akan mengajakmu menelusuri tempat yang sangat iconic di Solo. Tempat yang menjadi  pusat beribadah umat muslim di Solo, yaitu Masjid Agung Surakarta.



Masjid Agung Surakarta berada di Jalan Alun Alun Utara, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon, Kauman, Kota Surakarta. Atau tepatnya di sebelah utara Pasar Klewer. Masjid Agung Surakarta sangat mudah dijangkau karena masjid ini berada di pusat kota Solo dekat dengan Alun-Alun Utara Solo.

Sebelumnya Masjid Agung Surakarta dibangun pada tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Ketika kamu akan mengunjungi masjid ini, kamu bisa memarkirkan kendaraanmu disekitar alun-alun utara dan dilanjutkan berjalan kaki, atau kamu bisa memarkirkan di dekat Pasar Klewer. Tapi kalau kamu mengendarai motor, kamu bisa parkir didalam area masjid (tapi jam 16.30 udah tutup tempat parkirnya).


Masuk kedalam kompleks masjid, dibagian luarnya kamu dapat melihat halaman masjid yang tidak begitu luas namun sangat sejuk. Banyak pepohonan yang hidup dihalaman masjid, lengkap dengan jalan setapaknya memudahkan pengunjung untuk mengelilingi masjid. Dihalaman masjid juga terdapat alat pengukur waktu sholat, yang memudahkan para pengunjung mengetahui waktu sholat lewat alat tersebut. Walaupun sudah ada muadzin yang mengumandangkan sholat, namun alat tersebut dapat mengedukasi pengunjung dalam mengetahui waktu sholat

Alat Penunjuk Waktu Sholat

Alat Penunjuk Waktu Sholat



 
Halaman Masjid Agung Surakarta


Sebelah utara masjid terdapat juga menara masjid untuk mengumandangkan adzan pada zaman dahulu. Menara masjid masih berdiri kokoh dan sekarang digunakan untuk pengeras suara ketika muadzin mengumandangkan adzan. Menara masjid ini juga photoable banget buat kamu yang suka hunting foto. Karena perpaduan warna tembok menara ini sangatlah menarik untuk diabadikan, begitu juga dengan bangunan menara itu sendiri.

Menara Masjid


Menara Masjid



Kemudian, kita akan masuk ke dalam masjid. Namun sebelum masuk, bagian selasar masjid ini terlihat sangat kuno dan sangat kental akan budaya Jawa. Terlihat dari beduk, dari lantainya, dari tiang yang menyangga. Warna biru pada tiang dan langit-langit pada selasar masjid memiliki warna sama dengan Keraton Surakarta, jadi kita bisa merasakan ketika akan masuk masjid ini seperti akan memasuki bangunan kerajaan.

Selasar Masjid

Selasar Masjid


Selanjutnya adalah tempat wudhu. Area wudhu di masjid juga sangat luas, jadi jangan khawatir jika ada banyak jamaah yang sedang berwudhu dan ada antrian wudhu.

Memasuki masjid, kita akan melihat sebuah bangunan megah lengkap dengan kayu kokoh yang menyangga bangunan masjid ini berdiri agung. Sekitar 1.500 jamaah pun dapat masuk ke dalam masjid. Ketika waktu siang yang panas pun, ketika masuk ke dalam gedung masjid tetap terasa sejuk dan terlihat gelap. Memudahkan kita untuk beribadah secara khusyuk.

Bagian Dalam Masjid

Bagian Dalam Masjid

Bagian Dalam Masjid



Bagian atas masjid juga tampak kayu besar yang menyangga langit-langit masjid ditata rapi merapat mengokohkan gedung masjid. Terlihat sangat agung dan serasa kita berada di dalam gedung sebuah kerajaan.

Langit-langit Masjid

Langit-langit Masjid


Setelah kita selesai beribadah, kita juga bisa melakukan kegiatan lainnya, seperti membaca buku di perpustakaan Masjid yang letaknya berada dihalaman masjid sebelah utara. Di dalam perpustakaan terdapat kitab-kitab kuno peninggalan Paku Buwono X dan juga buku agama Islam. Total buku koleksi di Perpustakaan Masjid Agung sebanyak 3.000 buku, jadi dengan koleksi yang sebanyak itu kita tidak akan bosan untuk mengunjungi perpustakaan ini.

Perpustakaan Masjid (media.ihram.asia)


Masjid Agung Surakarta merupakan masjid yang menjadi ikon di Solo, jika kalian berkunjung ke Solo dan kalian seorang muslim, sempatkanlah untuk mampir ke Masjid Agung ini. Selain bisa beribadah, kalian juga akan mendapatkan pengalaman merasakan bangunan kuno dan memberi kesan pada perjalanan kalian.




Trivia : Ketika bulan ramadan, Masjid Agung ini menyediakan 1000 bubur sum-sum gratis untuk jama'ah lhooo. Masjid Agung Surakarta bisa menjadi referensi destinasi ramadan untuk diagendakan bersama keluarga atau temanmu.


Tulisan ini diikutan sertakan dalam lomba blog Pesona Ramadan Jawa Tengah yang diadakan oleh GenPI Jateng









Share:

Sabtu, 08 April 2017

8


Semua yang dibutuhkan adalah waktu

Waktu menyadarkan dan memberitahukan bahwa;

apapun yang dilakukan adalah benar;

atau salah

Waktu akan terus dan selalu berjalan

Manusia berubah

Manusia berubah entah menjadi seperti yang diinginkan bagi manusia yang lain;

atau;

Malah menjadi manusia yang berubah menjadi orang lain yang sama sekali asing

Yang dulu pernah hadir;

sekarang pergi

Dan yang sekarang hadir;

malah tidak diharapkan untuk menyapa

Time flies

People changes

They are come and go

Semuanya berubah

Termasuk diri sendiri

Sudah lama kita tak saling menyapa, “Hai.”

Sudah lama kita tak bertukar kabar

Semuanya tiba-tiba pergi;

tanpa tahu akan kembali lagi atau tidak;

tanpa tahu masih mendoakan lagi atau tidak;

atau malah;

Semuanya menghilang tak berbekas

Pergi

Terbang

Namun tak lagi bebas

Memperbaiki diri sendiri;

dia sampaikan padaku seperti itu;

namun tak bisakah memperbaiki bersama-sama?

Semuanya terlalu rumit

Ada yang hanya melaksanakan tanggung jawabnya;

hanya untuk menggugurkan kewajibannya

Ada yang sudah meluangkan waktu,

tenaga,

pikiran;

namun tak dihargai sedikitpun;

oleh senyuman pun tidak

Ada yang tertawa dan selalu bersama;

namun kenyataannya hanya merasakan kesendirian

Menyakitkan

Dan menyedihkan

Maka aku mulai bertanya pada diriku sendiri;

“Apa sebenarnya hidup?”

Apakah kumpulan orang-orang yang memiliki harapan besar untuk hidup yang tidak diharapkannya?

“Apa sebenarnya hidup?”

Apakah kumpulan orang-orang yang hanya menghabiskan waktunya hanya untuk membingungkan hidupnya?

“Apa sebenarnya hidup?”

Sebuah tanda tanya besar menggantung tepat di depan hidungku

Dengan lengkungan menyeramkan yang membuat semua yang ada pada diriku luluh lantah tak beraturan

Maka;

Tanda tanya itu mulai bertanya padaku;

“Waktu yang telah diberikan, apa yang sudah kau lakukan untuknya?”

Apakah hanya untuk membicarakan orang lain yang jelas-jelas sama sekali tidak memberikan kemanfaatan?

Apakah hanya untuk melakukan hal-hal yang membuat segalanya pada dirimu menjadi tak bermanfaat?

Maka sekali lagi;

Tanda tanya berwarna merah itu pun kembali menanyaiku dengan pertanyaan yang sama:

“Untuk apa kamu hidup?”

“Untuk apa kamu diciptakan?”

“Kenapa kamu berubah?”

Kesemuanya itu lagi-lagi menghantuiku

Tanpa mau memberikan penjelasan

Hanya bertanya

Semua waktu yang telah diberikan padaku;

segala hal yang telah kulakukan selama ini;

termasuk waktu ketika aku dan kamu bertemu;

hanya untuk sekedar bertegur sapa dan bercerita kecil

Segala cerita menyenangkan yang aku dambakan

Namun tiba-tiba kenyataan itu berubah;

dan membuat yang lain datang

Apakah hidupku hanya untuk seperti itu?

Time flies

People changes

People come and go

Yang tidak berubah hanya satu:

Matamu yang masih saja bersinar seperti pelita di tengah gelapnya dunia:

Seperti kebenaran di tengah gemuruh dan kacaunya dunia

Senyummu masih sama:

Seperti kehagiaan yang didambakan orang yang terperangkap di dalam gua selama ratusan tahun.



Maka,

jika memang itu yang benar-benar kamu inginkan

junjukkan seperti kamu memang benar-benar menginginkannya

bukan hanya selalu sembunyi di balik segala kepura-puraan yang membuat jengah

lakukan apapun yang kamu inginkan

karena itu adalah waktumu

karena itu adalah hidupmu

dan saat tanda tanya besar itu datang kembali dan menanyaimu,

kamu bisa memberikan jawaban terbaik dari pertanyaan,

“Untuk apa kamu hidup di dunia ini?”

-L-
Share:

Kamis, 10 November 2016

7



hujan masih setia dengan keengganannya untuk pergi.
seperti merpati yang enggan beranjak saat biji-bijian ada didepannya.
mengungkapkan, tapi berat.
menyampaikan, tapi enggan.
semuanya terbatas jarak.
dan dinding entah-apa-namanya.
semuanya terpaut jauh.
dan kesepian entah-darimana-asalnya.
aku terpaksa untuk diam.
karena aku tak bisa dan tak akan bisa menyampaikan.
pun mengatakan.
pun mengutarakannya.
secara langsung.
jangankan berbicara, bertemu saja tak bisa.
karena sekali lagi. 
tirai-tirai tipis yang akhirnya menjadi dinding-dinding tebal yang tak bisa dijamah mulai untuk tumbuh.
aku hanya mendengarnya.
sekali.
itupun dari orang lain.
ingin sekali rasanya untuk mendengarnya secara langsung.
melihatnya secara langsung.
walaupun ini terdengar memilukan.
atau malah menjijikkan.
aku tak peduli.
malah awalnya aku tak percaya bahwa ia akan mengatakan itu.
walaupun tidak secara langsung padaku.
dan itu membuat semua keinginan dan harapan ini semakin kuat.
entah nantinya ia akan membacanya atau tidak.
entah nantinya kita akan mengulang 4 Oktober lagi atau tidak.
yang jelas.
jangan biarkan pertemuan itu hanya menyisakan angan-angan yang tak dapat terjamah.

Miss Grey, miss the sunshine, L. 
Share:

Selasa, 05 Juli 2016

6


Buat Ramadhan Kali Ini Membalas Kekalahan Kita

Bulan menyembunyikan senyumnya yang merekah di malam genap ini.
Tak seperti malam sebelumnya yang selalu memamerkan pancaran karismatiknya yang membuat insan ini mengkerut.
Sisa-sisa hujan masih jelas terasa di serambi masjid Abu Bakar.
Hingga membuat rok biru yang terbelai angin ini menjadi basah.
Insan ini terdiam.
Berbalik badan ke arah luar masjid yang masih ramai oleh anak-anak atau lebih tepatnya ikhwan dan akhwat yang masih bersendau gurau karena selesai berbuka.
Pemilik rok biru yang basah ini mulai mengasingkan diri dari teman-temannya.
Entah apa yang terpikirkan.
Lalu tersenyum.
Bersyukur atas seluruh nikmat tak terhingga sampai ia hidup saat ini.
Malam-malam satuan dan belasan membuatnya jauh dengan Sang Mahasuci.
Dunia sekuler menjijikkan membelenggu dirinya yang kecil tak berdaya.
Entah dunia itu yang menjauhkannya dari Sang Pencipta ataukah memang dirinya sendiri yang sebenarnya menjauhkan diri dari Sang Pemilik Jagad Raya ini.
Urusan-urusan dunianya membuatnya terlena.
Tak ingatkah ia dengan Sang Pemberi Kemudahan dalam setiap urusan-urusannya?
Tak ingatkah ia dengan Sang Pengabul Doa dalam setiap hembusan napas dan detak jantungnya?
Tak ingatkah ia dengan Sang Pelindung yang selalu menjaganya dari yang bathil?
Semudah itukah dunia membalikkan kecintaannya pada Sang Khalik?
Semudah itukah urusan-urusan dunia membuatnya jauh dengan Sang Pemberi Rizki ditengah-tengah kesucian bulan yang sangat ditunggu oleh orang-orang shaleh?
Sungguh dunia telah melenakannya.
Istighfar.
Mimik wajahnya mulai berubah.
Belaian angin menambah suasana ambigu antara panas di dalam dirinya dengan dinginnya petang ini.
Mesranya suara gemerisik dedaunan berbanding terbalik dengan suasana hatinya.
Pandangannya masih tertuju pada langit petang yang mendung.
Mati.
Waktu.
Ideologi.
Agama.
Prinsip.
Radikal.
Realistis.
Materialistis.
Sekuler.
Kapitalis.
Dan sebagainya-dan sebagainya.
Terlalu banyak waktu yang disia-siakan.
Hingga akhirnya malah menyalahkan dirinya sendiri karena penyesalan.
Dunia terlalu munafik untuk termaafkan.
Hingga akhirnya malah menyalahkan dirinya sendiri karena kesakitan.
Gadis dengan rok biru itu kalah.
Kalah dengan dunianya.
Kalah akan nafsu yang memenjarakannya.
Lantas apa yang harus dilakukannya supaya dia bisa menang?
Rok biru yang basah perlahan mulai mengering.
Jilbab dan baju yang lebih besar dari tubuhnya membuat insan ini tampak lebih kecil karena baju yang tertiup angin malam.
Namun apalah arti kecil bila kita dapat melakukan suatu perubahan yang membuat insan ini besar?
Maka berkumandanglah adzan isya' yang membuyarkan lamunannya.
Di sudut matanya yang bebinar tampak seorang berbaju merah bata dengan sarung kotak-kotak biru berjalan ke arah masjid.
Maka insan ini menoleh tepat ketika dia mulai melepaskan alas kakinya.
Dan tepat pada saat itu mereka berdua bertatapan.
Berubah itu tidak mudah, maka berusahalah.
Berusaha untuk tetap menjaga akhlaknya sebagai wanita muslim.
Berusaha untuk memperbaiki dirinya untuk mendapatkan apa yang pantas didapatkannya.
Berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadahnya pada Rabbi untuk tetap istoqamah.
Istiqamah dalam kebaikan.
Semuanya adalah cara untuk menemukan diri sendiri.
Maka saat gadis dengan rok biru ini telah menemukan siapa dirinya yang sebenarnya dan telah menemukan untuk tujuan apa ia ada di dunia ini, saat itulah ia mengenal Rabb nya.
Banyak yang didapatkan oleh insan ini selama sepuluh hari terakhir ini.
Maka nikmat Allah yang mana yang kamu dustakan?
Istighfar.
Terlalu banyak kufur tapi sedikit bersyukur.
Bagaimana bisa kita benar-benar menjadi ummat Nabi jika selama ini tidak menjalankan sunnah-sunnah beliau?
Maka laki-laki bijak setengah baya itu malu saat meminta pada Rabbnya untuk diberikan kesehatan namun pada saat Nabi dan para sahabatnya juga meminta diberikan kesehatan dan kebaikan namun toh beliau, orang-orang kesayangan Allah itu pun juga mati.
Laki-laki bijak setengah baya itu malu pada Allah karena telah banyak meminta namun ia tak ada apa-apanya dengan Nabi dan para sahabat.
Jika seperti itu.
Maka siapalah gadis dengan rok biru ini dimata Rabbnya?
Istighfar.
Maka insan ini bertekad untuk berubah.
Maka semua perubahan yang besar berasal dari.
Niat yang besar.
Keinginan yang besar.
Mimpi yang besar.
Dan kerinduan terhadap Rabbi yang besar.
“Dan saat ini, kalian layaknya logam. Sebelum dan setelah ditempa namanya akan tetap logam. Namun ia menjadi berbeda. Lebih berkualitas. Maka kalian memiliki niat tinggi saat i'tikaf dan setelah i'tikaf kalian akan berubah menjadi lebih baik seperti apa yang kalian niatkan.”, ucap laki-laki bijak paruh baya itu.
Maka Yaa Lathiif, ijinkan tahun depan gadis dengan rok biru ini masih bisa menikmati indahnya Bulan Penuh Berkah, Ramadhan.
Dan buat gadis dengan rok biru ini menjadi pribadi muslimah yang lebih baik lagi.
Tingkatkan rasa kecintaannya pada-Mu melebihi apapun yang ada di dunia ini.
Jangan buat ia terlena dengan dunianya.
Ingatkan dia dengan akhirat-Mu yang kekal.
Maka terimalah seluruh ibadah dari insan ini agar ia dapat membalas kekalahannya yang lalu.
Maka terdengar iqamah merdu yang dilantunkan muadzin.

Yogyakarta, 27 Ramadhan 1437 H.



-Gadis Dengan Rok Biru-

Share: