Kamis, 31 Desember 2015

Tulisannya Ifa - 3

Unforgotable Moment in 2015

Jumat, 18 Desember 2015.

Pukul lebih kurang 6 a.m, saya, Ibu, dan Mas Izal berangkat ke stasiun untuk menghadiri undangan yang di adakan oleh Yeo's Indonesia dalam rangka memperingati Hari Ibu. Pukul 7.44 a.m kereta mulai berangkat dan akhirnya pukul 11.40 a.m sampai juga di Stasiun Gubeng, Surabaya. Kemudian lebih kurang pukul 4.30 p.m kami berangkat ke Hotel Santika Premiere, Gubeng, Surabaya, tempat diadakannya acara tersebut.
Saya dan Ibu sampai di hotel 15 menit kemudian. Dan as u know, kami tiba paling pertama. Setelah registrasi, foto di booth yang sudah di sediakan, menulis note untuk Ibu, dan membuat gambar siluet, kami memasuki ballroom tempat perhelatan acara Yeo's Indonesia Happy Mother’s Day. Ruangan masih kosong. Karena acara sebenarnya mulai pukul 6.30 p.m (setelah saya menanyakan kepada panitia).
 
Selesai sholat maghrib, saya dan Ibu kembali ke ballroom. Ternyata tempat duduk yang sudah kami tempati sewaktu kami tiba, sudah ditempati oleh pasangan ibu dan anak, dan juga dua anak laki-laki. “Mungkin ini juga finalisnya.” tebakku waktu itu. Kami mulai berkenalan dan berbincang. Ternyata pasangan ibu dan anak yang pertama (Mba Dwina Henti Rahmawati dan) berasal dari Surabaya. Dan dua anak laki-laki-yang akhirnya kuketahui bahwa mereka masih duduk di bangku kelas 3 SMA berasal dari Probolinggo (Fachmi Zacky dan temannya). Aku sempat bertanya-tanya mengapa ibu dari Fachmi tidak menghadiri acara ini. Namun aku mengurungkan niatku untuk menanyakan langsung padanya. Mungkin karena suatu hal sehingga beliau tidak dapat hadir.

Kemudian, tibalah dua pasangan lain. Yakni Mba Nurul Alvhiend dan temannya (berasal dari Situbondo. Mba Nurul bercerita bahwa dia berangkat dari Situbondo pukul 8 a.m dan sampai di Surabaya pukul 5 p.m betapa perjalanan yang sangat melelahkan), dan Mba Fitria Purisima dan ibu (berasal dari Surabaya dan akhirnya kuketahui Mba Fitria adalah teman dari Mba Dwina Henti). 
Acara selanjutnya adalah sambutan dari manager Yeo's Indonesia (p.s : koreksi saya kalau saya salah. Hehe) setelah sambutan selesai, dilanjutkan makan malam. Pukul 7.30 p.m acara dilanjutkan kembali. Pembagian door prize adalah acara selanjutnya. Beruntungnya, saya adalah salah satu yang beruntung mendapatkan doorprize. Hehe. Setelah itu, ini adalah acara intinya. Yaitu ditampilkannya video dari para finalis yang sudah lolos. Yakni video dari Mba Nurul (1), Mba Dwina Henti (2), Mba Fitria (3), saya (4), dan juga Fachmi Zacky (5).
Perasaan saya ketika video ditampilkan adalah malu, pengin keluar dari ruangan, takut, dan... pokoknya nano-nano. Hadirin diberikan kesempatan untuk memberikan suaranya dalam penentuan pemenang dari kontes video ini. Video selesai di putar dan sambil menunggu perhitungan suara, hadirin disuguhkan penampilan dari Cakra Khan. Ketegangan dari kami berlima sempat hilang. Namun hanya sementara. Karena setelah penampilan dari Cakra Khan, kami berlima beserta “pasangan” kami, diberikan kesempatan untuk maju ke depan.
Awalnya saya sama sekali tidak tegang, cemas, deg-degan, dan semacamnya. Namun saat disebutkan 3 terbaik dan saya adalah yang pertama disebutkan, rasanya seperti... ooh. Aku sulit untuk mengungkapkan bagaimana perasaanku. Kami bertiga (saya, Fachmi dan Mba Fitria) adalah tiga terbaik dari semuanya. Kemudian diumumkan pemenang ketiga. Saya mulai tegang, deg-degan. Saya menggenggam tangan ibu. “Video 3!” MC mengumumkan. Ooooh Allah... Mba Fitria. Dan tinggal saya dan Fachmi. Kami berdua pasrah dengan apa yang terjadi. MC semakin menyebalkan karena mengulur-ulur waktu yang menyebabkan saya dan Fachmi menjadi lebih tegang. Hadirin semakin riuh. Saya dan Fachmi rasanya pengin enyah. “Yang saya sebutkan adalah pemenang pertama!” MC mengumumkan lagi. Kemudian beberapa detik kemudian.... "VIDEO EMPAAAATT!!!!" Speechless. Tangan gemeteran, saya langsung memeluk Ibu. Beliau menangis. Mas Izal yang dibawah panggung pun menangis. Saya masih tidak percaya. Tidak sia-sia jauh-jauh dari Solo, bolos kuliah (jangan ditiru), akhirnya. Terimakasih Allah. Terimakasih Yeo's Indonesia. Terimakasih untuk semuanya yang sudah mendukung.
Selesai diumumkan pemenang dari video tersebut, pimpinan dari Yeo's menyerahkan secara simbolik hadiah yang kami dapatkan. (Dan momen tersebut di foto, tentu saja. Hehe) 

Saya, Ibu, dan 4 kontestan yang lain turun dari panggung dan kembali ke tempat kami semula. Kemudian salah satu kru dari Yeo's Indonesia menghampiri saya dan juga ibu untuk menyampaikan sedikit testimoni. Selesai saya menyampaikan testimoni dan ucapan terimakasih, tentunya kepada Yeo's Indonesia, crew dari MNC Channels menghampiri saya dan juga Ibu. Untuk menyampaikan hal yang sama. Bangga, senang, terharu semuanya campur-campur menjadi satu. Tidak pernah saya membayangkan bisa seperti ini. Alhamdulillah. 

Selesai wawancara dengan pihak Yeo's Indonesia dan juga MNC Channels, saya dan ibu kembali ke ballroom. Saat saya masuk ke dalam ruangan, ternyata sedang berlangsung sesi talkshow bersama Cakra Khan dan juga Ibu Povita (Senior Marketing and Corporate Manager PT YHS Indonesia). Mba Dwina Henti memberitahu saya bahwa saat saya sedang diwawancara, saya dan ibu dipanggil ke atas panggung untuk menjadi bagian dari pengisi acara. Tak berapa lama kemudian, (mungkin MC sudah mengetahui saya dan ibu sudah kembali) saya dan Ibu di panggil untuk naik ke atas panggung. Sama sekali tidak ada perasaan nervous. Yang ada hanyalah perasaan bahagia dan bangga bisa duduk bersama orang-orang hebat. Saat talkshow berlangsung saya diberikan banyak pertanyaan. Baik mengenai ibu, video yang saya buat, dan sebagainya.
Selesai talkshow, saya dan ibu kembali ke tempat duduk kami dan menikmati acara selanjutnya. Acara pada hari itu selesai pukul 9.30 p.m. Namun sebelum pulang, saya dan finalis lain menyempatkan untuk berfoto bersama. Mereka adalah orang-orang yang menyenangkan.


Saat itu adalah pengalaman yang sangat-sangat-sangat berharga bagi saya dan keluarga.
Terimakasih Surabaya telah menjadi saksi bisu perjalananku. :')


, L.
 p. s : photo credits to MNC Channels. Thankyou MNC to captured our moments ; Mas Izal ; and also Dek Elvin. ;)
Share:

Selasa, 22 Desember 2015

Tulisannya Ifa - 2


#AkuUntukIbu

Happy Mothers Day!

Tuesday, Dec 22 2015.
Dalam rangka memperingati hari ibu, saya akan menceritakan bagaimana ibu saya kepada kalian. Berbicara mengenai ibu. Siapa sih diantara kita yang tidak sayang dengan ibu? Pastinya tidak ada, bukan? Lalu jika kita sayang degan ibu, apa yang sudah kita lakukan untuk ibu? Prestasi? Materi? Atau apa? Pernahkah diantara kita menyakiti hati ibu? Sudahkah kita meminta maaf pada ibu atas segala kesalahan yang telah kita lakukan? Lalu sudahkah kita menjadi anak yang ibu dambakan?
Pendahuluan saya mungkin cukup sampai disitu.
Kembali ke topik awal. Ibu saya.
Umi-saya biasa memangil beliau. ‘m’ nya ngga dobel ya. Hehe- adalah wanita kelahiran Sragen, 8 Juni 1966. Bukankah banyak pemimpin negeri ini yang lahir pada tanggal tersebut? Soekarno dan Soeharto, misalnya. Dan Umi, adalah seorang pemimpin juga. Pemimpin bagi dirinya sendiri, dan juga pemimpin bagi keluarga. Bagaimana tidak beliau menjadi pemimpin keluarga? Bapak sudah meninggal 10 tahun lebih yang lalu. Tepatnya tanggal 5 Agustus 2005. 10 tahun bukan waktu yang sebentar pun mudah bagi seorang ibu untuk mendidik, membesarkan, merawat 4 orang anak sekaligus. Terkadang jika saya mengingat bagaimana perjuangan umi 10 tahun yang lalu, sampai sekarang, ingin rasanya saya protes kepada Allah kenapa harus umi yang menanggung ini semua. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai mengerti mengapa Allah memberikan ini semua pada keluarga kami. Pada umi. Ini adalah karena Allah sayang dengan kami. Allah sayang dengan umi. Allah ingin mengangkat derajat keluarga kami. Allah ingin mengangkat derajat umi.
Terkadang saya ingin menangis jika umi bercerita tentang masa mudanya yang sudah ditinggal ibu-nenek saya- sewaktu masih di bangku sekolah. Hingga akhirnya umi harus mengurusi kakek, sendirian-karena saudara-saudara umi sudah berkeluarga. Dan hanya tinggal umi dan juga kakek-. Saya membayangkan jika saya berada di posisi umi saat itu. Betapa menderitnya saya. Betapa menyebalkannya hidup saya.
Sampai akhirnya umi berkeluarga, hingga kehilangan sesosok orang yang amat dicintainnya, bapak. Lalu semua harapan dalam hidupnya sirna. Cahaya yang ada dalam diri umi mulai meredup. Dengan segala perjuangan yang telah ia lakukan. Dengan segala tangisan yang telah ia kucurkan. Dengan segala doa-doa yang telah ia panjatkan kepada Allah agar diberikan kekuatan pada umi untuk menjalani hidup, untuk dapat mendidik keempat anaknya. Dengan segala fitnah yang telah orang-orang berikan pada umi. Dengan segala cobaan hidup yang membuat orang lain mungkin tidak akan mampu meembayangkan bagaimana ia seharusnya jika ia berada di posisi umi.
Jungkir balik umi menghadapi kerasnya hidup. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, umi, sejak beliau kecil, sampai saat ini, tidak pernah ia berhenti bekerja.
Sejak bapak meninggal, beberapa hari kemudian, umi  menjual kendaraan peninggalan bapak. Sebagai modal untuk memulai usaha. Mengingat umi hanyalah lulusan D1, dan saat bapak masih ada, umi tidak di izinkan untuk bekerja, maka mulailah umi dengan membuka sebuah toko. Lebih kurang satu tahun kemudian, jadilah toko yang menjual segala kebutuhan rumah tangga. –dengan umi sebagai orang yang menghandle-. Banyak sekali rintangan yang telah umi hadapi. Mulai dari di tipu orang, di fitnah, dan sebagainya yang membuat umi menjadi wanita yang sangat sangat sangat tegar luar biasa. Hampir empat setengah tahun usaha itu berjalan. Mulai banyak pesaing-pesaing yang berdatangan. Hingga akhirnya umi memutuskan untuk menutup toko tersebut. Segala perlengkapan yang ada di toko, di jual untuk membuka sebuah warnet yang saat itu masih booming. Hingga sampai sekarang warnet yang di kelola masih bertahan. Alhamdulillah.
Membesarkan empat orang anak selama sepuluh tahun sendirian. Dengan segala badai yang menghampiri umi, umi tetaplah umi yang tegar, yang sabar, yang hanya ingin dia saja yang menderita, yang penting jangan anaknya yang menderita. Dan akhirnya, membuat aku sadar bahwa selama aku hidup bersama umi, aku masih belum merasa berguna untuknya. Kadang ia berkata padaku bahwa dia mencintaiku, namun aku lebih mencintainya. Tapi bukankah rasa cintanya padaku lebih besar daripada rasa cintaku untuknya? Semoga saja rasa cinta kami satu sama lain sama-sama besarnya.
Terlepas dari itu semua, umi tak pernah menampakkan kesedihan, keresahan, ketakutan, dan segala hal yang mengancam kami pada keempat anaknya. Beliau tidak ingin anak-anaknya memikirkan hal-hal seperti itu. Biarlah ibunya yang merasakan. Jangan sampai anaknya mengerti tentang segala ketakutannya.
Saya masih ingat, jumat kemarin, sewaktu acara Yeo’s Happy Mothers Day, Cakra Khan menyanyikan lagu Bunda milik Melly Goeslaw. Umi memeluk saya. Umi mencium saya. Beliau menangis.
Hal yang saya dapatkan dari umi adalah beliau sama sekali tidak malu menjadi single parent, beliau tidak malu bekerja apapun asalkan itu halal, beliau tidak menggubris apa kata orang tentang dirinya, beliau akan malu jika anaknya menyimpang, jika anaknya melakukan hal yang mencoreng nama keluarga. Kelak saya ingin menjadi ibu seperti umi. Sabar, tegar, tanpa pamrih, selalu ingin anaknya lebih bahagia di banding dirinya, bisa mendidik anak-anaknya menjadi anak yang mandiri, lebih dewasa dari teman-temannya yang lain, lebih memahami apa arti hidup, lebih mensyukuri segala yang telah Allah berikan pada kita, meskipun hanya setetes air, lebih menghargai hidup, lebih menghargai orang lain, lebih memanfaatkan waktu yang telah Allah berikan ada kita semua.
Pada akhirnya, saya belum pernah melihat orang lain sehebat umi.
Dan saya juga yakin, kalian, yang membaca tulisan saya ini, belum pernah melihat orang lain sehebat ibu kalian.
Selamat hari ibu. Salam sayang dariku untuk ibu kalian.


♥, L.
Share:

Rabu, 09 Desember 2015

4

Ini bukan tentang pena yang ditinggalkan begitu saja oleh penulisnya.
Ini juga bukan tentang ­dompet yang tiba-tiba kehilangan isinya.
Ini adalah tentang pengorbanan.
Pengorbanan yang tidak dihargai.
Pencapaian yang sama sekali diabaikan.
Bahkan dilirik pun tidak.
Semuanya yang dilakukan hanya seperti angin lalu.
Tapi semuanya berbeda ketika dia mulai menyapaku. Apapun yang kulakukan terasa benar, meskipun sebenarnya salah. Munafik memang. Tapi aku bahagia. Bahagia bila dia memujiku. Bahagia ketika dia tersenyum padaku. Sesederhana itu. Aku memang mudah bahagia. Bila itu dengannya. Bahkan cacian pun terasa seperti pujian bila itu ia yang melakukannya. Ironis memang. Ya. Aku mengakuinya.
Tapi pengakuanku selalu salah dimatanya.
Pengakuanku tidak akan berarti jika itu padanya.
Lelah.
Tapi aku menikmatinya. Entah sampai kapan aku akan selalu begini. Ada yang tahu? Kurasa hanya Sang-Pemilik-Jagad-Raya-lah yang tahu tentang semuanya.
Ini bukan tentang induk merpati yang selalu memberi  makan anak-anaknya.
Ini juga bukan tentang semut yang selalu bersama.
Ini adalah tentang pengharapan.
Harapan yang sama sekali tidak bisa dijamah.
Harapan yang sama sekali tidak bisa dijadikan acuan untuk tetap bertahan hidup.
Tapi bukankah setiap orang berhak untuk berharap? Berharap tentang apapun. Walaupun kemungkinan terwujudnya harapan itu hanyalah nol koma sekian persen.
Termasuk ketika aku berharap untuk selalu bisa bersamamu. Dalam keadaan seperti apapun.
Bolehkah aku berharap Sang-Pemilik-Jagad-Raya-ini menyatukan kau dan aku kemudian menjadi kita lalu menjadi satu?
Bolehkah aku berharap hanya aku yang selalu bisa membuatmu tertawa semanis itu?
Bolehkah aku berharap hanya aku yang dapat melihat tangismu dan melepaskan semua penat dari dalam dirimu?
Karena aku hanya bisa berharap, maka aku akan selalu berharap.
Mungkin kau akan bertanya, “Mengapa tidak kau coba saja, berkata padanya bagaimana perasaanmu dari hati yang terdalam terhadapnya?”
Maka aku akan menjawab, “Siapalah aku dimatanya. Seperti yang penyair itu bilang, aku hanyalah sebuah partikel debu bahkan dimatanya pun aku tak terlihat. Sekecil itu. Walaupun dia “selalu bersama”ku, tetap saja aku dipandangnya seperti figuran dalam hidupnya. Bisakah aku menjadi pemeran utamanya?”
Tak apa aku akan seperti ini, asalkan dia tetap memujiku, asalkan dia tetap mencaciku, asalkan dia tetap tersenyum. Walaupun tidak tersenyum padaku.
Maka aku akan diam, memendam perasaan yang aku kubur lama-lama. Entah sampai kapan.
Maka aku akan berharap, mengharapkan sesuatu yang tak pasti.
Lalu, mungkin kau akan bertanya, “Kenapa tidak kau lupakan dirinya untuk mencintai orang lain?”
Lalu, maka aku akan menjawab, “Aku tidak yakin apakah ini cinta atau tidak. Karena aku tidak tahu apakah definisi cinta yang sebenarnya.”
Lalu aku berpikir tentang cinta.
Apa itu cinta?
Apakah sebuah tempat dimana kita bisa pulang kapan saja?
Apakah sebuah dimensi waktu dimana kita bisa mendapatkannya kapanpun?
Apakah sebuah aspek dimana kita bisa merasakan berbagai perasaan yang bercampur-campur?
Apakah sesosok makhluk yang bisa membuat diri ini tidak keruan?
Apakah sebuah sebab mengapa kita diciptakan berpasang-pasang oleh Sang-Pemberi-Cinta?
Ataukah ini sebuah alasan bagaimana individu-individu berjuang untuk hal yang tak pasti?
Yang jelas, apapun itu. Aku hanya ingin satu : bahagia.
Entah itu bersamanya atau tidak.
Entah itu disini atau disana.
Aku tak peduli.
Karena Dia telah menciptakan hal yang pasti akan membuatku sangat bahagia. Sangat amat bahagia. 




♥, L.
Share:

3

Senja membawaku ke ruang gelap yang tak ku kenal.
Menerobos celah-celah dinding hati yang jelas-jelas aku tutup teramat rapat.
Mempertemukanku dengan sosok yang tentu saja aku kenal.
Senja kembali mengingatkanku pada semua kenangan yang telah kita lalui.
Lalu dada ini terasa sesak.
Terhimpit kesedihan yang mendalam.
Mata ini berkobar.
Mengancam mengeluarkan cairan yang amat aku benci.
Lalu ruang gelap itu kemudian aku kenal.
Rindu.
Rindu yang membelenggu.
Maka senja berubah menjadi kerinduan yang sangat menyedihkan.
Sepuluh tahun begitu cepat sampai aku lupa bagaimana rasanya kehilangan.
Tenanglah disana.
Yang selalu merindukanmu disetiap senja datang, L.



(29 September 2015)




♥, L.
Share:

Jumat, 15 Mei 2015

Tulisannya Ifa - 1

Menyesal Sekolah di SMF



Izinkan saya untuk bercerita.

Tetapi sebelum saya memulai untuk bercerita, saya sarankan Anda membaca cerita saya sambil mendengarkan lagu ini : Fix You - Coldplay, Ingatlah Hari Ini - Project Pop, Sebuah Kisah Klasik - Sheila On 7. (Biar feel-nya lebih dapet. Hehe)

Halo, namaku Lathiifah. Berbicara mengenai judul dari cerita saya, mengapa saya memilih judul itu? Sebenarnya jawabannya simpel : agar dibaca. Katakanlah bila saya memilih judul "Terimakasih untuk Tiga Tahun yang Berharga" Anda pasti bisa menebak apa yang saya tulis, dan akhirnya Anda tidak membaca tulisan saya. Hahaha. Makanya, saya memilih judul "Menyesal Sekolah di SMF". 
Apabila ada yang bertanya pada saya, apakah saya menyesal sekolah di SMF? Dengan tegas, saya menjawab : TIDAK! (Ini serius. Bukan pencitraan. :p) Kenapa saya bilang tidak, karena disini, di SMK Farmasi Nasional Surakarta. Sekolah saya saat ini. (Masih menjadi sekolah saya, karena tinggal hitungan hari saya akan meninggalkan sekolah tercinta ini.) Banyak sekali pengalaman hidup yang sangat berharga dan tidak mungkin saya dapatkan di tempat lain. 

Tepat pada hari ini, 15 Mei 2015, adalah hari yang bersejarah untuk semua siswa/i SMA sederajat di seluruh Indonesia. Pengumuman kelulusan yang dinantikan selama dua tahun lebih. Untuk kesekian kalinya, SMK Farmasi Nasional Surakarta menjadi yang terbaik diantara semuanya. Peringkat dua se-provinsi, dan peringkat satu se-Surakarta. Alhamdulillah. 



Awalnya saya tidak percaya dengan pengumuman tersebut. Banyak sekali rintangan yang saya dan teman-teman angkatan 54 hadapi. Mulai dari diadakannya lagi Ujian Praktikum Kejuruan Simplisia Alat Kesehatan dan Mikroskopis yang membuat Ujian Sekolah diundur, nilai Try Out yang sangat amat memprihatinkan, dan banyak cobaan lain yang kami hadapi. Saya masih ingat sekali waktu itu pelajaran Bahasa Indonesia, setelah Try Out kedua, guru kami, Pak Nehemia berkata seperti ini : "Oh iya. Kalian kan pengin ngalah sama sekolah lain, capek juara satu terus, ngga usah repot-repot bikin MMT yang besar." Saya seperti tertampar mendengar pernyataan itu. Lalu saya bertanya pada diri saya : apakah kami seburuk itu? 
H-3 UPK SAM, Pak Didik, guru pembimbing praktikum, membakar semangat kami dengan, : "Target nilai SAM 100. Yang ngga 100, remidi." Kami mulai termotivasi.
Lalu beberapa hari kemudian, Ujian Sekolah berlangsung. Pada hari terakhir US, diadakan Try Out dari sebuah lembaga. H+3 Try Out, sudah ada isu-isu tentang nilai dari sekolah tetangga yang sangat membuat kami merasa terpukul. Rata-rata nilai Bahasa Inggris, yang menurut kami sangat-sangat susah, didapat sekolah tersebut dengan nilai berrata-rata 9. Sangat membuat kami syok. Lalu Pak Pur, guru matematika kami menenangkan kami dengan : "jangan percaya sama isu-isu ngga jelas. Hasil Try Out keluar seminggu setelah Try Out berlangsung." Tapi tetap saja, kami tidak bisa tenang. 
Banyak sekali keributan yang terjadi di BlackBerry Messenger, yang membuat kami menjadi lebih panik. Sangat panik. Banyak sekali ketakutan-ketakutan pada kami. 

Lalu tadi malam, sebelum pengumuman hasil Ujian Nasional, sudah ada berita tentang pengumuman UN di sebuah koran lokal yang kurang lebih menyatakan seperti ini : SMK Farmasi Nasional Surakarta menduduki peringkat 2 se-Surakarta. Dan peringkat pertama diduduki oleh (sebuah SMK di Surakarta, bahkan saya pun tidak mengetahui ada sekolah itu.) Kemudian banyak sekali cacian yang diumpatkan pada kami. Banyak sekali. 
Dan tadi, kepala sekolah kami, Pak Joko, mengkonfirmasi kebenarannya. Sekolah kami TETAP menjadi yang pertama, bahkan LEBIH BAIK dari yang sebelumnya. Alhamdulillah. Saya sangat bersyukur pada Allah. Pada setiap doa saya, tidak pernah lupa saya berdoa : Izinkan angkatan 54 SMF tetap menjadi yang terbaik, Yaa Dzal Djajlali wal Ikram. Dan Allah mendengar doa kami. Sekali lagi, ini kemenangan kami semua, siswa/i SMF angkatan 54, junior kami, senior kami, para guru dan staff, orang tua kami, dan semuanya. 
Oh iya, menurut hipotesis saya (halah) kunci kita tetap menjadi yang terbaik adalah kita mengerjakan ujian dengan jujur. Itu. Hahaha

DAN SAYA BANGGA MENJADI BAGIAN DARI 54!

Kembali ke topik awal yang ingin saya ceritakan. Saya menulis ini untuk berterimakasih pada seseorang. Banyak orang, sebenarnya. Yang membuat hidupku menjadi lebih bermanfaat. Lebih berguna. Di masa muda saya, selama lebih kurang tiga tahun ini, saya merasa lebih menjadi "manusia" walaupun sering sekali tidak diperlakukan seperti "manusia". Banyak air mata yang saya keluarkan selama ini. Banyak suara keras yang saya ucapkan selama ini. Banyak suara lirih pun halus yang saya tuturkan selama ini. Walaupun poin terakhir tadi sangat jarang sekali saya tuturkan. 

Awalnya ketika saya berada disini, banyak sekali kontra pada diri saya. Mulai dari berpisah dengan keluarga-yang pada akhirnya membuat saya menangis terus-terusan selama dua minggu pertama-, tidak terbiasa dengan lingkungan baru-yang membuat saya tidak bisa tidur karena terus terbangun tiap jam-, materi pelajaran yang sama sekali baru, teman-teman baru, dan masih banyak hal-hal baru lainnya.
Lalu saya mulai bertanya pada diri saya : kenapa Allah menempatkan saya disini. Namun, ada kalanya saya berpikir kembali : tidak mungkin Allah menempatkan saya disini tanpa maksud. Tidak mungkin Allah membawa saya ke keadaan seperti ini tanpa maksud. Allah pasti ingin saya menjadi manusia yang lebih bermanfaat, lebih pandai bersyukur, lebih menghargai hidup, lebih dekat pada-Nya, dan banyak hal positif lainnya.
Dan sekarang, saya sudah mendapatkan jawaban kenapa saya bisa berada disini sekarang. Jawabannya adalah empat poin terakhir itu.

Orang pertama yang saya kenal di SMF adalah Arizqa. 
Dear, Arizqa. Terimakasih telah mau menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku. Maafin aku ya, Riz, banyak merepotkan kamu. Hehe.

Tapi jujur, orang pertama yang menarik perhatian saya adalah Rahmat. Waktu itu kami test uji tulis di satu ruangan. Saya yakin Rahmat pasti tidak tahu karena saat itu, saya duduk dibelakangnya. "Dari belakang aja ganteng. Apalagi dari depan." Kataku dalam hati waktu itu. (tapi sekarang setelah kenal bagaimana dia, saya menyesal pernah berkata seperti itu. P.s : Maafin aku ya, Mat. Hahaha. Becanda. Santai, my bro. :p) 

Kelas pertama saya, X D. Dekade.
Tempat pertama yang mengenalkan saya bagaimana saya harus bertindak untuk dua tahun lebih kedepan. Kelas yang mengenalkan saya pada orang-orang hebat. 
Dear, Pak Agung. Lebih tegas, ya Sir! *sikap siap* 
Dear, Indri, Inggit, Lufi. Terimakasih yaaa 17, 18, 20 untuk semuanyaa! Terimakasih sudah meluangkan waktu untukku. Terimakasih banyak. Aku mencintaimu!
Dear, Tya. Terimakasih untuk semua pengalaman-pengalaman nekatnya. I love u so much!
Dear, Maria, Agnes, Devy, Ajeng, Ria, Nawal, Septi, Shinta, Gustin, Nilam, Gigit, Nila, Rini, Steffen, Tasya, Novi, Febrian, Dias, Ambar, Berlin, Hani, Nawang, Ainun, Janah, Eva, Novita, Widia. Terimakasih sudah menerimaku untuk masuk ke kehidupan kalian.
Dear, Dethi. Aku ngga akan lupa sama "Det-Nedet" dan suara kamooh. Haha.
Dear, Dian. Aku ngga akan lupa jam 5 subuh kamu ke kosku dan kita nge-dekor buat acara pensi hari itu. Bakalan kangen kamuuuuuuuuuuu!!!! Cium dulu, shiniii. Hahaha.
Dear, Riris. Kangen nangis bareng kamu. :p
Dear, Dewi. Masih ingat, tragedi kamu makan di kosku? Aku ngga akan lupa. Hahahaha.
Dear, Maya. Terimakasih untuk semuanya, Meeeyy! Muah!
Dear, Wentha. Terimakasih sudah memberiku inspirasi ketika dulu aku merasa putus asa. ;)
Dear, Mara. Makasih untuk pengalaman nge-MC-nya ya, Maraaaaa!! Muah! 
Dear, Rahmat. Maaf dan terimakasih. 

XI A. IndoneXIA.
Kelas ini adalah kelas favorit saya. Bertemu dengan banyak orang yang membuat saya untuk bangkit. Banyak orang-orang hebat di kelas ini. Kelas ini, adalah awal dari semuanya. Banyak tawa, semangat, harapan, tangisan, amarah, kerinduan, cacian, baikan, musuhan, lalu melebur menjadi satu, indoneXIA.
Dear, Pak Nehe. Terimakasih banyak untuk semua-muanya ya, Pak! IndoneXIA bisa seperti ini karena Bapak. Terimakasih. :) *hormat*
Dear, Agnes, Dethi, Ria, Dias, Dewi, Widia, Nawang, Ainun. Terimakasih untuk dua tahun yang berharga, gadis-gadis.
Dear, Tya. Deer, terimakasih untuk selfie gilanya. Terimakasih untuk semua pengalaman-pengalaman yang telah kita ukir berdua. #halah 
Dear, Novita. Aku bakalan jadi temenmu sampai kapanpun, Vit!
Dear, Febrian. Janto, koe kudu kuat!
Dear, Pipin, Anis, Astari, Mayang, Rosita, Ariel, Laras, Suci, Wahyu, Nila, Inggit, Ina, Arini, Mar'ah, Rofii, Rofiqoh, Diah Ayu. Terimakasih ya, teman-temaaannss. 
Dear, Aurel, Ambar, Theri, Diah Dwi. Awake dewe wanita-wanita kuat! Ra menang rapopo. Hahaha :) (p.s : jangan nangis kalau kangen sama aku, ya :p)
Dear, Mega. Curhat yuk, Meg.
Dear, Fikey. Ra kakean mblayang. :p Hidup PERSIS! Merdeka!
Dear, Kholifah. Qolqolah, terimakasih sudah mengajariku menjadi bendahara yang baik.
Dear, Nurul. Tetep humble, ya, Boss.
Dear, Okta. Ajarin nge-dance, Ta.
Dear, Cancel, Iis. Main yuk!
Dear, Rizky. Terimakasih untuk pundakmu ya, Sayang! Aku tau kamu ngga suka dipanggil sayang, makanya aku panggil sayang. Beribu-ribu peluk dan cium dariku untukmu. Jangan kangen sama aku yang tukang nangis, yaah. :p love youuu.

Kelas terakhir saya, XII D. 
Kalian semua tahu apa yang saya butuhkan, apa yang saya inginkan. Terimakasih karena sudah mau menerimaku. I do love you guys, to the pluto and back!
Dear, Bu Min. Terimakasih untuk pedoman hidup,"Jangan buat orang lain kesal."-nya ya, Bu. Dan terimakasih sudah mau selfie photobooth bareng saya sama Iis. Hehe ;) 
Dear, Arini, Ambar, Eva, Hani, Janah, Nila. Kita dipertemukan kembali. Hahaha.
Dear, Khusul, Ina. Kita ngasih sambutannya kapan nih? Haha.
Dear, Dama, Sri, April, Arizqa, Briggita, Dania, Farah, Febriana, Merryna, Isma, Nunik, Rina, Risza, Riris, Sholekhah, Siti, Syifa, Widyana, Wittriana, Inggit. Terimakasih untuk semuanya ya, gadis-gadis cantiiiiikkk. Maafin aku kalau galak. Hahaha.
Dear, Ratih. Tahun depan ikut XFactor yuk, Tih. Siapa tau menang. :p
Dear, Kurnia. Jangan lupa jarkom. Jangan berisik pas di lab. Heu. Hahaha.
Dear, Mas Isak. Jangan nyesel punya adek kaya aku ya, Mas. Jangan lupa bayar kas. Terimakasih sudah menghiburku kalau aku lagi galau. Huhuhu. Maafin aku ya, sering bangunin Mas Isak kalau lagi tidur. Wqwqwq. Dan satu, terimakasih untuk ngemil barengnya pas pelajaran. Dan jangan lupain Pak Abdi! Mahahaha.
Dear, Lu'ai Zhafier Fernandez. Terimakasih udah nyuciin buret, bantuin aku kalau belum selesai praktek, bersihin meja praktekku, nge-gombalin aku, nyembunyiin sepatuku kalau aku lagi sholat, selalu ngga pengin aku sedih. Jangan kangen sama aku yang super duper alay yaaahh. Hehe. Jangan lupa kalau aku ini keberuntunganmu. Wqwqwq.
Dear, Indri. Makasih tebengannya ya, Indri Indro Suyoto Rezpector.
Dear, Bevy. Terimakasih untuk belajar barengnya ya, cantiiik. Selalu ingat bahwa Allah mencintaimu lebih. Hidup Beva! Merdeka! ;)
Dear, Iis, Berlin. Terimakasih ya, gadis-gadisku tersayang. Untuk mimpi traveling barengnya, semoga ngga cuma wacana aja. I love you soooooooo much! Muah!
Dear, Dewi, Nawang, Ainun, Widia. Maaf dan terimakasih ya, gadis-gadis seperjuanganku selama tiga tahun ini! I love you to the pluto and back!

Mereka semua adalah saksi dari perjalanan saya. Namun selain itu, saya juga berterimakasih pada : 

Pak Joko. Terimakasih untuk "mari bunuh "sapi-sapi" mu"- nya ya, Pak. 
Pak Pur. Terimakasih untuk "matematika target 10"- nya ya, Pak. Walaupun belum sesuai target, Alhamdulillah kami bisa melakukan yang lebih baik kan, Pak? Hehe. Terimakasih untuk pengorbanan Bapak selama ini. Akan jadi amal jariyah kok, Pak. Hehe ;)
Pak Abdi. Terimakasih sudah memasukkan nama saya di soal Biologi, ya, Sir! Haha. 
Pak Uya. Terimakasih untuk semua motivasinya, Pak Uyaa!
Seluruh guru dan karyawan SMF. Kami bisa membuktikan bahwa kami bisa menjadi yang terbaik. Terimakasih sudah menerima saya di kehidupan kalian semua. ;)
Perhimpunan Pelajar SMF. Sari, trio media (Dian, Berlin. Aku sayang kaliaaan!), Mba Iis, Mba Linda, Mba Arum (yang memberikan saya kesempatan untuk menjadi sekretaris amatiran. Hehe.), Lina, Loka, dan semuanya. Terimakasih sudah memberikan pengalaman dan memberikan kesempatan pada saya untuk masuk ke kehidupan kalian.
PMR, yang sudah "memaksa" saya untuk ikut lomba geguritan. Jangan lupain nyanyi "Mars Hidup Sehat", "Mars SMF" dan "Hymne SMF" waktu di angkot dulu yah. Hahaha.
KIS, terimakasih untuk seluruh air matanya. Hehe.
Panitia BTS. Sari, Khusnul, Ina, Rahmat, Febrian, Tya, Maya, Agnes, Novita, Astari. Maaf dan terimakasih.
Teman-teman satu angkatan. Rizal, Anis Sakina, Ayu, Ema, Endang, Felin, Fika Ariana, Fika Junila, Ida, Martina, Muthiah, Nadia Katel, Nadya Bintang, Chacha, Putri Setiawati, Rima, Ririn Septiyana, Riska Yulitasari, Rizky Fitri, Rurit, Tita, Widya Dinia, Sari, Winda Septiana, Adetya, Amalia, Arina, Betty, Dinda Nur, Dyan Prasasti, Easy, Hyasti, Diky, Indri Febri, Java, Linda, Nabella Nurul,  Nadia Tri, Nita Ariningsih, Mytha, Putri Handayani, Ririn Trisdayanti, Rizka Arinda, Sofi, Tiana, Tyas, Tri Novita, Winda Kusuma, Randy, Acintya, Amadea, Anita, Claudia, Danang, Deah, Deo, Desi, Farida, Wily, Lita, Nabella Bintang, Nindhia, Tiwi, Rehuella, Runtut, Sacharisa, Siska Yuliana, Winda Maharani, Alfi. Terimakasih sudah menerimaku untuk masuk ke kehidupan kalian semua, teman-teman. Kemenangan ini adalah awal dari semuanya.
Lufi, Rizky, Tya, Iis, terimakasih sudah mau mendengarkan semua keluh-kesahku. Terimakasih untuk semua sarannya. Aku bisa kuat karena kalian.
Rahmat, Dian, Berlin, Dias, Anita. Terimakasih untuk kejutan tujuh belas tahunnya. Aku mencintai kaliaan! Muah!
Berlin, Novita, Iis. Jangan kapok ketilang. Hahaha.
Untuk junior saya, jadikan kemenangan ini sebagai motivasi kalian dalam belajar. Jaga nama baik sekolah. Terimakasih untuk doa dan dukungan kalian, dek. :')
Untuk senior saya, jangan menyimpulkan sebelum kenyataan itu benar-benar terjadi ya, Kak! Terimakasih untuk doa dan dukungannya. :)

Selama lebih kurang tiga tahun di SMF, saya memiliki quote yang mampu membangkitkan semangat saya:
"Man Jadda Wa Jada" -Pepatah Arab Kuno. 
"Sesungguhnya sesudah kesulitan, ada kemudahan." -Q.S. Alam Nasyrah : 6.
"Penyebab kegagalan terbesar adalah rasa takut akan kegagalan tersebut." -Ayunda Faza Maudya. 
"Yang terpenting bukan seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besar perjuangan kita untuk mendapatkan mimpi itu." -Anies Baswedan. 
"Luangkan waktu untuk sholat, baca qur'an, sebentar saja, walaupun kamu sesibuk apapun. Sholat dan baca qur'an ngga akan menghilangkan rezekimu." -Guru Bahasa Inggris SMP saya, Mr. Wi.

Dan kini, tidak ada yang perlu disesali. Karena hidup ada bukan untuk selalu disesali. Hidup untuk disyukuri. Percuma bila kita hidup hanya penuh dengan keterpurukan. Bila mempunyai masalah dengan masa lalu, lewati saja. Analoginya seperti ini : hidup ini seperti anak tangga. Anak tangga ada untuk dipijak lalu kita tinggalkan begitu saja. Bukan untuk dihuni lama-lama. (Azhar Nurun Ala)

Jangan cepat puas dengan yang kita dapatkan. Banyak hal yang lebih baik yang menanti kita. Dan jangan lupa bersyukur dengan apapun. Baik itu baik atau buruk. Karena apapun yang terjadi pada hidup kita, itu sudah diatur oleh-Nya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dan bagaimana kita memilih "jalan" untuk mencapai tujuan hidup kita. Selamat berjuang! 
Sampai bertemu di kesuksesan kita nanti, keluarga keduaku tersayang. ;)

A big-big love,

-L-
Share: