Senin, 21 Mei 2018

19

Berlayar. #2





Dear Neptunus,



Aku tahu kapal ini akan berlayar.

Aku tahu kami akan berangkat;

Entah menuju kemana;

Entah akan sampai di tujuan kami (tujuanku, lebih tepatnya);

Atau tidak.



Atau mungkin, malah akhirnya terombang-ambing di tengah lautan lepas—karena bisa jadi, kami kehabisan bahan bakar, atau kejadian lain yang aku tidak tahu itu apa—dan akhirnya membuat kami harus berhenti lalu menyerah;

Mengikuti kemana arah angin yang melaju;

Dan ombak yang mengarahkan kami, pada akhirnya.

Maka jika saat itu tiba, bantu kami untuk meluruskan tujuan kami.



Aku pasrah, Nus.

Aku pasrah tapi bukan berarti mimpiku berhenti begitu saja.

Aku pasrah bukan berarti semuanya berakhir, lalu aku putus asa, dan akhirnya…

Akhirnya aku tidak tahu apa tujuan hidupku;

Apa tujuanku melakukan pelayaran;

Apa tujuanku merancang mimpi-mimpiku.



Tapi apapun itu, aku berharap, saat semuanya mulai untuk berlayar, kami menemukan atau tiba dengan selamat di tujuan kami.



Seseorang dengan mimpi besar di hidupnya,

-L.



23 April 2018. 1:57 a.m.
Share:

18

Berlayar. #1





Dear Neptunus,



Kapal kami akan berlayar.

Entah akan berlabuh pada dermaga yang gagah di pulau yang menawan;

Atau akan berlabuh pada pulau antah berantah yang tak berpenghuni nan menyeramkan.



Kesemuanya tergantung padanya,

Sang Nahkoda dengan sejuta ilmu,

Dengan beribu pengalaman dan pandangan,

Dari segala yang pernah dilakukan.



Saat ini adalah pertanggungjawaban kami.

Maju;

Atau mundur.

Berlayar;

Atau tenggelam.



Menuju kebahagiaan;

Atau kesengsaraan.





-L.



10 Februari 2018. 1:23 p.m.
Share:

Senin, 14 Mei 2018

Sesi 4. Setelah dari Jepang #JapanEdition



Perjalanan hampir satu minggu di Jepang bener-bener ngasih aku pengalaman yang sangat amat baru.

Ketemu sama orang baru, kenal sama orang-orang hebat, adalah hal yang kusukai.

Karena setiap kita bertemu orang baru, kita pasti akan bisa ngambil hal positif dari orang tersebut. Itulah kenapa aku suka ketemu orang-orang baru.

Meskipun perjalanan menuju kesana sangat amat ngga mudah. Dan meskipun “tujuan” utama kami belum bisa tercapai, aku bersyukur bisa mengambil hal positif yang ada dari perjalanan ini.

Perjalanan hampir satu minggu di Jepang sama Pak Fatih, Mas Memet, Mas Khanif, dan Mas Afan, bikin aku tambah mengenal mereka dengan baik. Dengan segala karakter mereka, bikin perjalanan ini jadi lebih berwarna.

Pulang dari Jepang bukan berarti banyak hal yang tiba-tiba berhenti atau semacamnya.

Pulang dari Jepang nambah motivasi buatku untuk lebih banyak doa dan ikhtiar, biar bisa balik lagi kesana, membalas kebaikan-kebaikan orang-orang yang udah nolong kami sewaktu di Jepang. Aku berdoa semoga orang-orang baik itu segera dipertemukan dengan Allah, agar kami bisa bertemu nanti di Surga Allah. Agar kami bisa saling tolong-menolong sewaktu di akhirat.

Pulang dari Jepang merupakan langkah awal bagi kami buat merintis mimpi-mimpi besar lagi dan membuatnya menjadi nyata.

Setiap perjalanan ini sangat berharga buatku pribadi.

Semoga apapun yang kusampaikan sama Allah, sebelum, waktu, dan setelah perjalanan ini, bisa menjadikan kebaikan bagi siapapun yang mengikuti perjalanan ini. Bisa memberikan kemanfaatan buat aku pribadi, buat keluargaku, buat temen-temenku, buat guru-guruku, dan buat semuanya. Aamiin.

Sewaktu perjalanan berangkat ke Jepang, nemu kutipan bagus di majalah yang di pesawat:

“Terkadang, kita perlu pergi jauh untuk menyadari jika kebahagiaan itu berada di tempat tinggal kita sendiri.”



Makasih buat Kak Fajrin, Niken, Mas Fiki, Rizki, dan temen-temen yang menjadi saksi “drama” ini. Hahahaha.

Terima kasih banyak, untuk teman-teman yang sudah mengikuti perjalanannya Ifa di Jepang ini.

Terima kasih sudah mau baca tulisan yang ala kadarnya ini.

Semoga bisa ngasih manfaat buat temen-temen semua.



a big big love from me,

-L.
Share:

Sesi 3. Kisah di Jepang #JapanEdition



Saat ini, aku berada di tempat favoritku, duduk di sebuah tempat yang nyaman, di sore hari, ditemani makanan favoritku, dan mendengarkan musik favoritku pula. Kutulis setelah pulang dari Jepang. Jadi, beginilah kisahku di Jepang:

Aku dan tim tiba di jepang hari kamis, 03 Mei 2018. Yang sebelumnya berangkat dari Soeta tanggal 02 Mei jam 23.50. hal yang paling menyenangkan dari perjalanan ini adalah: I could saw the sunrise over the sky, like what I said before di prolog. Waktu itu menunjukkan pukul 4.15 waktu Indonesia. Mataharinya indaaaahhh banget. Aku berdoa banyak sama Allah. Saat itu, aku berada diantara hal yang paling ku favoritkan: langit.

Aku bisa lihat awan-awan yang keemasan karena tersinari mentari, langit biru bersih yang sangat menenangkan. Itu adalah pertama kalinya aku benar-benar merasakan bahwa: aku lebih dari merasa bersyukur atas apa yang Allah berikan sama aku. Terus sholat subuhnya gimana? Ya disitu. Hahaha. Tayamum, terus sholat subuh. Kalau keinget lagi masa itu, waktu itu, bener-bener bikin aku jadi ngerasa kecil banget.

Perjalanan udara masih berlanjut, dan akhirnya mendarat di Narita sekitar kurang lebih pukul 8 waktu Indonesia. Setelah sampai di bandara, istirahat bentar, sambil beli tiket JR Pass buat perjalanan kita selama kurang lebih satu minggu. Harga tiket JR Pass ¥20.000, itu sekitar Rp 2.600.000. berlaku selama 5 kali pemakaian, dalam dua minggu.

Perjalanan dari Narita ke Akita, memerlukan waktu sekitar 4 jam menggunakan Narita Express. Tapi sebelum sampai ke Akita, kami harus ke Tokyo Station dulu, terus ngambil tujuan ke Akita. Total perjalanan dari Narita ke Akita (termasuk nunggu kereta) sekitar hampir 6.5 jam. Karena saat itu, kami dari Narita Airport sekitar pukul 14.00, terus tiba di Akita sekitar pukul 20.30. perjalanan dari Narita ke Akita kaya dari Jakarta-Surabaya.

kesan pertama waktu di Tokyo Station, seneng! Seneng karena bisa berada diantara banyak orang yang tergesa-gesa menuju ke kereta tujuannya. Atmosfernya tuh bener-bener nyenengin. Kaya yang di film-film pokoknya. Hahahaha! Norak banget w, cuuiii. Bodo amat la yaa, namanya juga kali pertama ye kan cui. Saat itu ngga sempet foto-foto dan sebagainya. Soalnya yaa, gimana ya, kita nyari kereta tujuan Akita aja belum nemu, masa udah mau foto-foto aja.

Pas sampai di Akita Station, kami dijemput sama panitia. Pas turun dari kereta, dingin! Dan ternyata pas lihat suhu di hape, ternyata 11◦. Kami diajak makan di tempat makan, yang akhirnya setelah sampai tempat makan, ternyata disana itu kaya museum nya Akita. Tapi disana tuh kaya ada satu gedung dimana banyak banget tempat makan. Kalau di Solo, kaya di galabo nya depan PGS, tapi lebih terstruktur. dan waktu perjalanan menuju tempat makannya, jalannya cenderung sepi sih. Padahal waktu itu sekitar pukul 9 malam. Sempet foto-foto juga, tapi hasilnya zonk. Hm :(





Pengalaman makan pertama di Jepang, milih makannya lama, cui. Harus diskusi dan segala macamnya. Memastikan kalau makanan yang kita makan tuh halal. Kan ngga lucu kalau kita makan makanan yang ngga halal padahal bisa nanya-nanya sama waitress nya.

Saat itu, makan udon, ada kepiting, terus lobster juga. Enak sih. Tapi kesalahanku, aku pilih porsi besar. Gaya banget. Tapi untung abis. Gila, kuli banget w yak. Ini fotonya:

Udon

Abis makan, kita belanja ke semi super market, kaya superindo gitu lah kurang lebih. Dan bagi temen-temen yang belum tau, disana itu self-service cui. Hampir semua public area, self-service. Aah, harusnya diterapkan disini! Disana kami belanja makanan instan, kaya nasi instan, terus curry, dan sejenisnya. Makanan asia, gitu-gitu pokoknya. buat temen-temen yang belum tau, jadi itu tuh masaknya, kalau nasi instan tinggal dikasih air, masukin microwave 2 menit, mateng. Pun dengan curry, dan macam2nya. Tapi kalau curry ngga usah dikasih air, masukin mangkok, terus masukin microwave. Rasanya… enak. Aman sih. Dan insyaAllah halal.

Setelah belanja, perjalanan ke penginapan. Jadi penginapan kita tuh kaya di desa gitu. Rumahnya ala-ala Japanese style. Kaya rumahnya Nobita. Udaranya enak banget! Sejuk, banyak bunga-bunga, dan, sepi. Jarang banget liat orang-orang keluar rumah. Palingan kalau lihat, pas di jalan, atau pas di super market. Dan FYI, aku di jepang liat motor cuma di KBRI. Selama di jalan raya, baik itu di Akita maupun di Tokyo, aku liatnya cuma mobil. 

balkon depan kamarku

Tempat penginapan kami


Keesokan harinya, kami menuju tempat “tujuan” kami sebenarnya. Namanya, Akita Prefecture. Selama perjalanan, oh, Allah, indah banget. Jalanannya juga bersih banget, nget, nget. Jadi di pinggir-pinggir jalan tuh isinya bunga.




Sehari disana, udah bener-bener ngerubah mindsetku tentang orang jepang. Mereka baik banget sama orang-orang baru, dan ramahnya tuh kelewatan, cui. disana aku ketemu sama ibu paruh baya, tapi semangatnya luwarbiyaza. Beliau disana sebagai panitia. Dan FYI, satu keluarganya ikut jadi volunteer di kegiatan ini.

Foto sama ibu baik

Ini namanya Keiko, cucunya ibu yang pake Jaket Kuning


Keiko ngasih aba-aba buat mulai race



Euphoria dari kegiatan ini pun luwar biyaza kerennya. Mereka bener-bener kreatif, dan seperti yang kalian tau, orang-orang Jepang kan canggihnya bukan main ya, cui. Super duper salute pokoknya. aku seneng banget bisa kesana, ngerasain euphoria yang masyaAllah. Breath taking :’)

Ini siap produksi. kaya motor listrik gitu. semuanya bikinan sendiri. termasuk motornya. keren!
ini kaya sepeda gitu, cui. lucu banget


Pas mau pulang ke tempat tinggal kami selama di Akita, kami dianterin ke tempat kaya pusat oleh-oleh gitu. Serba ¥100. Disana aku tertarik sama bibit bunga (yang akhirnya tida kubeli, dan aku dimarahin umi karena ngga beli :( ); kaus kaki nya lucu-lucu bangeeetttt cuuuuiiiiiiii. Seriously! Tapi akhirnya aku beli kaus kaki wol gitu, beli karena kedinginan. W pake sepatu wakai, cui. Salah siapa coba kalau gini. Buat kalian jangan coba-coba pakai sepatu wakai kalau keluar. Atau kalian bakalan merasakan hal yang sama kaya apa yang aku rasain. Hiks hiks L; terus notebook nya. Lucu bangeeettt. Jadi kaya “note to self” gitu. Dan untungnya, disana boleh banget kalau misal kita mau foto-foto dan sebagainya, dan karena itulah, kufoto notebook nya. Buat jadi inspirasi kalau w mau bikin notebook, cui. Wqwqwq; terus apa lagi ya.. disana juga kaya ada makeup, makanan ringan, perabot rumah tangga, baju, lengkap pokoknya. dan MURAH! Oiya, ¥100 itu belum termasuk tax nya yaaahh. Hehehe

Pas perjalanan pulang, jadi disana tuh gerimis gitu, dan ada pelangi! I saw rainbow in Akita’s skies. Bagus banget! Dan romantis. Soalnya di bawah pelanginya ada bunga sakura nyaa. Aahh bagus banget pokoknya. dan sunset di Jepang, selama hampir seminggu disana, bagus banget! MasyaAllah.

Disana, anak-anaknya tuh cubing-cubang cuuuiiii. Ingin kubawa mereka pulang! Beneran. Kaya ini, nih: 

gemash!

how cute are they


Hari terakhir kami di Akita, kami memutuskan buat nyari sakura. Aku sih sebenarnya yang maksa anak-anak buat nemenin. Wqwqwq. Kan sayang kalau kami ngga keluar di hari terakhir di Akita. Kamarku kebetulan di atas, dan ada balkonnya. Jadinya bisa curi-curi pandang ke pohon sakuranya tetangga.
jalanan di kebun sakura

Sekitar pukul 13.30 waktu Akita, kami keluar, dan.. betapa girangnya kami pas nemu kebun bunga sakura. Terus pas kita foto-foto, ada anak-anak perempuan yang nyamperin kami. Lucu banget! Kita ngobrol-ngobrol gitu, pake google translate! Hahahaha. Lucu banget. Dan, mereka sempet pinjem kamera ku buat fotoin kita, hasilnya miring, cuuuiii. WGWGWGWGGWWGWGWGWG. 
adek-adek cubang <3


hasil jepretan pertama
hasil jepretan kedua


Dan ada dua dari anak-anak itu yang suka sama jilbabku. Aaahhh :’) jadi awalnya mereka tuh suruh aku buat ngelepas kacamataku, pas ku lepas, mereka nya bilang “Sugooooiiii!” sambil kegirangan gituu. Hahaha. Terus pas aku bilang “This is hijab.” Terus merekanya seneng banget, “Oooohhh… Hijabers?” terus mereka ketawa seneng gitu. 

penasaran sama jilbabku. hahaha
pas say "goodbye" sama adek-adek cubang



Besoknya, kami cabut dari Akita ke Tokyo. Buat balik ke Jakarta. Niatnya, pas di Tokyo, mau jalan-jalan plus foto-foto di Shibuya. Tapi alamat ngga jadi karena Tokyo saat itu hujan. Akhirnya kami balik ke penginapan di daerah Bakurocho, terus sekitar pukul 23 malem, hujan udah mulai reda, keluar buat nyari oleh-oleh. Jalan lumayan jauh. Karena kami sampai ke penginapan lagi pukul 2 pagi. Which is jam 7 harus check out buat ke bandara, balik ke Jakarta.

Tapi, kenyataan berkehendak lain, pesawat yang harusnya berangkat pukul 11.30, delay 2 jam. Jadinya jam 13.30 baru take off, dan tiba Jakarta jam 20.00, dan mengakibatkan kami ketinggalan pesawat dari Jakarta ke Solo.


Ini sekilas foto-foto lainnya yaahh. hehehe
foto sama fotografer lokal yang super duper baik

kebun sakura. harusnya aku yang di foto itu. wahahaha

foto sama semua tim. guess where are we


foto satu tim





-L.
Share:

Sesi 2. Pembuatan Visa #JapanEdition

Setelah paspor diambil pada hari rabu, 25 April 2018, saat itu juga aku langsung terbang ke Jakarta sendiri buat bikin visa.

Sebelum itu, banyak banget drama yang harus ku lalui. Nangis gulung-gulung, dan sebagainya. Kak Fajrin and Niken know it very very well. Untuk drama nya ini, ngga usah di ceritain yah. Ngga penting soalnya. I only keep it with my self and my close friends. Wqwq.

Bikin visa ngga bisa online, cui. Sebenernya bisa, tapi prosesnya minimal satu minggu. Soalnya harus pake agen, dan sebagainya. Langsung ke tempatnya perlu waktu 4 hari kerja. Sama kaya bikin paspor. Dan mengingat aku cuma punya waktu 4 hari kerja (terhitung tanggal 26, 27, 30 April dan 2 Mei), karena kebetulan aku berangkat tanggal 2 Mei.

Nah, sekarang pertanyaannya adalah, kenapa ngga pake e-Passport aja? Kan kalau ke Jepang pakai e-Passport bisa bebas visa. FYI, yang bisa bikin e-Passport di Indonesia itu hanya 4. Jakarta (di Soeta), Surabaya, Batam, dan Bali. Atau kalian bisa lihat daftar imigrasi khusus di Indonesia. Imigrasi yang bisa melayani e-Passport hanya imigrasi khusus. Ada tulisan “khusus”nya lho yes. Wqwq. Oiya, e-Passport itu bukan paspor elektronik lho yes. Fyi aja. Hehe.

Dan karena alasan diatas, aku milih bikin visa aja. Langsung ke jkt, dan kalau ada pertanyaan-pertanyaan, bisa disampaikan dan lebih jelas. Sebelum berangkat ke jkt, semua berkas buat visa sudah harus terpenuhi. Dan harus lengkap. Ngga boleh ada yang kurang. kan ngga lucu kalau ada yang kurang, I have to go back to solo for complete my document, njuk aku rasido mangkat ning jepun, mozleng nuh aku. Katanya Kak Fajrin, “Konyol nek koe ra mangkat mung goro-goro ngurus visa.” Berkas-berkas yang harus terpenuhi dan disiapkan antara lain:

1. Paspor
2. Itinerary 
3. Surat rekomendasi/keterangan dari kampus
4. Surat sponsor (ini kaya kalau kamu di Jepang, nanti yang nanggung biaya hidupmu disana siapa. In case ada apa-apa, yang dihubungi dr surat sponsor. Kalau kemarin aku pakainya surat dari kemahasiswaan kampus. nanti di kemahasiswaan, bilang aja minta surat sponsor buat bikin visa)
5. Tiket pulang pergi
6. Form yang sudah diisi, nanti bisa lihat panduannya disini
7. Foto 4.5 x 4.5 tanpa background yaa. Kaya gini:


Untuk lokasi pembuatan visa, ada di lantai 4 samping XXI, Lotte Avenue, MH Thamrin, Jkt. Kemarin aku dari Soeta, naik damri tujuan Gambir, terus turun di Mellenial (karena macet banget. Harusnya turun di Stasiun Gambir aja), terus naik ojek ke Lotte Avenue. Nanti bilang aja turun di Lobby Satrio.
Perjalanan saat bikin visa juga kudu tangisan. Wqwq. Karena pesawat delay, harusnya berangkat jam 11.50, tapi jam 12.40 baru bisa berangkat. Jadinya molor semua. JVAC tutup sampai jam 17.00. tapi kalau misal kalian telat, bisa minta excecutive longue, dengan biaya tambahan 400 ribu. Per satu visa.

Dengan lari-larian dan hujan-hujanan, aku sampai di Lotte Avenue jam 16.30. mepet banget nget nget. Langsung naik ke lantai 4, untung waktu itu JVAC nya udah mulai sepi. Jadinya proses bisa cepet banget. Ngga sampai 15 menit. Mulai antri sampai wawancara. Cepet. Banget. Siapin juga, kalian bikin visa buat apa, dan bikin visa nya yang jenis apa. Kalau aku kemarin, pilihnya yang bisnis. Nanti kalian juga bakalan ditawarin, mau fasilitas notifikasi via SMS atau engga, kalau iya, ada biaya tambahan, 40 ribu kalau ngga salah. Kalau engga, nanti notifikasi lewat email, free. Karena aku suka yang free-free, wqwqwqwq, aku milih yang email aja. Biasanya nanti bakalan di email kan progress visa kalian sejauh mana. Gitchyu.

Oiya, tambahan, untuk kalian yang masih mahasiswa S1, nanti dapet potongan harga. Kemarin aku total pembayaran 160 ribu. Itu hanya untuk biaya administrasi. Kalau normal, kalau ngga salah 360. Kalau ngga salah lho ya.
Nah nanti untuk pengambilan visa nya, tinggal nyerahin bukti pembayaran aja.
Pembuatan Visa, selesai!
Selamat mencoba!


-L.
Share:

Sesi 1. Pembuatan Paspor #JapanEdition

Karena disibukkan oleh UTS, selagi UTS, aku nyiapin berkas buat bikin paspor. Setelah tanya-tanya ke anak-anak, dan minta pertimbangan sama dosen pembimbing dari desain ergonomis, akhirnya, H-12 keberangkatan, aku bikin paspor.

Mungkin dari temen-temen ada yang bingung, kenapa ngga bikinnya H-14 aja, biar lebih santai dan cepet selesainya. Jadi begini teman-teman, waktu itu sangat amat crowded, dan bikin ngga bisa mikir, palagi ditengah UTS yekan (UTS dijadiin alasan muluk, cui. But, hey, that’s the reality. I can’t do anything). Dua hari diantara itu, kusiapin buat nyiapin berkas. Berkasnya itu:

1. Kartu Keluarga (fotocopy dan asli). Harus udah ada tanda tangannya lho ya, baik itu dari kepala keluarga maupun dari capil,

2. KTP (fotocopy dan asli). KTP nya harus udah e-KTP lho ya, kalau belum e-KTP nanti ditolak. Atau paling ngga ada surat keterangan sementara e-KTP yang menandakan kalian sudah melakukan perekaman. Dulu aku harus balik rumah dulu, karena aku belum e-KTP. Jadi ya gitu, untung waktu itu aku langsung ke kecamatan, dan langsung minta, dan langsung dikasih, meskipun harus melakukan perekaman ulang, karena dataku ternyata hilang, tapi Alhamdulillah dimudahkan sama Allah.

3. Akte kelahiran (fotocopy dan asli),

4. Surat rekomendasi dari kampus (kalau kalian bikin paspor karena ada keperluan yang berhubungan dengan kampus), atau kalau misal kalian bikin paspor karena mau liburan atau semacamnya, surat rekomendasinya dari RT/RW atau kelurahan atau kecamatan tempat kalian tinggal. Yang pasti, ada yang menyatakan kalian mahasiswa/warga disana,

5. Kartu mahasiswa (fotocopy dan asli),

Semua dokumen HARUS dibawa yang fotocopy dan asli. HARUS. Kalau engga, nanti kalian disuruh pulang, dengan perasaan gondok, dan sebagainya, malah bikin runyam. Jadi mending semuanya disiapin baik-baik biar ngga bolak-balik imigrasi. Oiya, fotocopy nya harus di A4 yaa. Khusus untuk KTP dan KTM, nanti kalian fotocopy nya kaya gini:

Contoh foto copy KTP

Contoh foto copy KTM


Setelah nyiapin berkas, kalian harus daftar antrian dulu secara online lewat Aplikasi “Antrian Paspor” yang bisa kalian dapetin di Apps Store/Play Store. Ini harus lho ya. di aplikasi ini, nanti kalian harus daftar dulu, masukin nama dan NIK, setelah ngisi semua text box nya, nanti kalian bakalan disuruh milih kalian mau bikin paspornya dimana, tanggal berapa, pagi/siang, dan sebagainya. Dulu aku milihnya di Imigrasi kelas I Surakarta, tempatnya di Colomadu, deket kampus. jadinya enak. Untuk tanggal dan jamnya, karena dulu aku hari kamis, tanggal 19 April kebetulan aku ngga ada UTS, jadinya aku milih di tanggal itu dan jam nya pagi, jaga-jaga juga kalau misal ada berkasku yang kurang, bisa nyicil setelahnya, jadi hari itu bisa selesai untuk pembuatan paspor, tinggal nunggu buat ambil paspornya.

Setelah kalian mem-verify nama, NIK, email, dsb, nanti kalian bakalan dikirimin balasan lewat email yang berisi form reservasi kalian. Nanti ngecek nya di label spam yaa, soalnya masuknya di spam, bukan di inbox. Jadi ngga ada alasan buat kalian kalau nanti ke imigrasi, bilang udah reservasi, tapi ngga dikirimin formnya karena ngga muncul di label inbox. Karena dikiriminnya masuk ke label spam. Gitu. Jangan lupa form reservasi nya di cetak.

Setelah kalian dapet form reservasi, nanti disana bakalan ada jam kalian harus sampai di imigrasi. Kalau ngga mau antri banyak, lebih baik dateng lebih awal. Dulu aku satu jam sebelumnya sudah dateng, karena biasanya imigrasi ruame banget. Pas kalian dateng, langsung ke CS nya, nunjukin form reservasi, nanti kalian dapet nomer antrian dan form kosong yang harus diisi.

Setelah itu, kalian hanya tinggal ngikutin prosedur aja, nanti dipanggil nomernya, nyerahin berkas, ditanya-tanya, mau berangkat kapan, di sana ngapain, dsb, pertanyaan basic. Setelah lolos di CS, nanti pindah ruangan buat wawancara dan foto. Wawancara nya kurang lebih sama sih, Cuma nanti kalau kalian ke luar buat menghadiri acara, bawa undangannya yah, atau pamfletnya paling tidak.

Biaya untuk pembuatan paspor, ada 2 macem: 150 ribu dan 355 ribu. Kalau yang 150 ribu itu, untuk paspor 24 halaman (khusus untuk pekerja, TKI, kaya gitu-gitu), untuk yang lebih amannya, mending pilih yang 48 halaman, 355 ribu. Untuk perbedaan detail, tanya waktu pas di imigrasi aja. Orang-orangnya baik-baik banget kok. Dan ngga rese. Pengambilan paspor 4 hari kerja setelah pembayaran. Kemarin aku bayar hari kamis, ngambilnya hari rabu. Kalau pengambilan paspornya dari jam 10.00-15.00, terserah kalian mau ngambil di jam yang mana. Pembayaran bisa dilakukan lewat ATM/Pos Indonesia. Kemarin aku pakainya ATM, nanti pilihnya di pembayaran negara yaa. Pilih yang imigrasi, terus nanti tinggal masukin kode pembayaran. Nanti otomatis bakalan keluar namamu, dan nominal yang harus dibawa. Nanti kalau pas mau ambil, tinggal nyerahin bukti pembayaran, signing di bukunya, selesai. You got the passport! Hahaha.

Oiya kalau kalian mau bikin paspor yang lebih cepet, di Solo ada, pembuatannya 3 hari kerja setelah kalian bayar. Di daerah Grogol. Kenapa aku ngga bikin di situ aja? W ga tau, cui. Baru tau juga setelah w bikin di Colomadu. Dan lagi, tempatnya jauh, dan w ngga ngerti jalannya dimana. Maps bisa, sih. Tapi aku bikinnya sendiri. jadi yaa gitu. Wqwq.



Selamat mencoba!



-L.
Share:

Tulisannya Ifa - 7 #JapanEdition




“Every great stories, deserve to be told.”

So, here I am, will tell you about my “great” stories.

Actually, what the truly definition of “great stories” is?

Every people has its own “great stories”. So do I.

Go to somewhere beautiful, get a big present, catch dreams, meet an inspirational person, or others.



Saat ini, tanggal 7 Mei 2018. Pukul 9.24 a.m. waktu Akita. Sedang perjalanan menuju ke Tokyo. Bicuz tomorrow we’ll off to Japan, going to Indonesia. Kutipan pada awal tulisanku ini sangat-sangat menginspirasiku. Untuk selalu menulis, untuk selalu bercerita. Meskipun hanya untuk diriku sendiri, I don’t mind. I just making memories for myself.

Waktu SD dulu, setiap berangkat/pulang sekolah, lewat rumah tetangga, ada pohon belimbing disana, and when the flowers blooms, I always said “Sakura!” dengan begitu riangnya. Padahal, jelas-jelas itu bukan Bunga Sakura. Tapi cantiknya kurang lebih sama, lah. Hehe.

Seperti yang teman-teman tahu, (atau mungkin jika ada yang belum tau) hal yang paling saya favoritkan adalah: bunga dan langit. When I see them, I feel something calmly. Aku merasa semuanya pasti dan akan baik-baik saja.

Time flies, tibalah saat dimana saat itu tiba. I never imagine I can see Sakura so closely. I never imagine I can feel the atmosphere of Japan. I never imagine it. Meskipun kadang aku yakin, aku bisa pergi ke “luar” dengan segala niatan dan harapan dan keyakinan dan kebahagiaan yang besar. But not for now. Maybe two, three, or many years ahead. Bukan saat ini.

Hal yang paling membuatku merasa, “Oh Allah, you are too kind to me.” Adalah saat dimana, I can see the sun rise over the sky, I can pray on the “sky”, aku bisa sholat subuh di pesawat. I never imagine it. And when I remember that time, I have to cry. Like right now.

Perjalanan menuju posisi ini, sangat amat tidak mudah. Kak Fajrin, Niken, Rizki, Mas Fiki, and all of my close friends tahu betul bagaimana prosesku menuju sini. Banyak tangisan, banyak drama, banyak pengorbanan, dan banyak hal “menyakitkan” lainnya yang kadang membuatku berpikir,”Allah baik banget sama aku.”

Awal tahun ini, awal tahun 2018, kutuliskan di kertas resolusiku, “Ke luar jawa dibayarin.” I just write it on my paper. And suddenly, saat itu tiba. Aku bisa ke luar jawa, bahkan ke luar negeri, dibayarin. I feel so blessed. Meskipun ya itu tadi, banyak sekali rintangan-rintangan yang harus dihadapi. Tapi ya disitulah tantangannya.

Ngga ngampu praktikum, ngga ikut kegiatan praktikum (ninggalin kelompok), bolos kuliah sekitar seminggu (I never do it before), ninggalin tugas-tugas dan kewajiban yang semestinya ku lakukan.

Oke, mungkin intronya sampai disitu saja. Bicuz I’m sure that you must be curious about “Kenapa bisa ke Jepang? Ngapain ke Jepang? Gimana ceritanya bisa sampai sana?” dan banyak pertanyaan lain yang (mungkin) kalian kepo in. hehe. Oke, I’ll start it.

Aku bergabung dalam sebuah tim, yang terdiri dari tiga program studi di fakultas teknik, di universitasku. Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Industri. Tim ini punya sebuah project, bikin mobil listrik, yang awalnya di pelopori oleh Teknik Mesin, kemudian kolaborasi dengan Teknik Elektro, dan akhirnya ngajak anak-anak Teknik Industri buat gabung.

Di tim ini, setiap program studi punya konsentrasinya masing-masing.

Teknik mesin di chassis dan body;

Teknik elektro di electrical;

Teknik industri di desain ergonomis.

Singkat cerita, temen-temen punya impian buat ikut kompetisi di luar. Awalnya (aku dan tim desain ergonomis) menganggap bahwa ini terlalu jauh, karena kami masih sangat-sangat baru. dan kami rasa, belum bisa, atau belum mampu, lebih tepatnya untuk ke luar, dengan bekal kami yang sangat amat minim. Dan akhirnya, dengan semua persiapan, diputuskan untuk yang berangkat dari tim chassis dan body, dan juga tim electrical.

H-15 keberangkatan, dapet kabar kalau tim desain ergonomis harus ada yang berangkat. Paling ngga satu orang. Setelah terjadi drama dan tangisan (Kak Fajrin knows it very very well), diputuskan, yang berangkat adalah aku. Which is saat itu sedang UTS, jadi ya.. gitu. Persiapan lalala dan karena awalnya ngga sempet kepikiran, dan dengan waktu yang amat sangat singkat, aku, mau ngga mau harus bener-bener lari-larian buat ngejar temen-temen yang berangkat. Baik itu persiapan teknis maupun non-teknis.

Persiapan non teknis, kaya ngurus berkas buat paspor, visa, dan lain-lain. Kargo buat pengiriman mobil ke Jepang juga.

Dan persiapan teknis, lebih ke mobilnya. Bolak-balik ke bengkel, test drive, dan semacamnya.



Karena ceritanya banyak banget, dari pada nanti kalian malah bosen bacanya, ku bagi dalam 4 sesi biar bacanya lebih enak dan ringkas. Jadi kalian bisa milih cerita mana yang ingin kalian baca.

Sesi 1. Pembuatan Paspor

Sesi 2. Pembuatan Visa

Sesi 3. Kisah di Jepang

Sesi 4. Setelah dari Jepang



Selamat membaca!


-L.
Share: