Senin, 14 Mei 2018

Tulisannya Ifa - 7 #JapanEdition




“Every great stories, deserve to be told.”

So, here I am, will tell you about my “great” stories.

Actually, what the truly definition of “great stories” is?

Every people has its own “great stories”. So do I.

Go to somewhere beautiful, get a big present, catch dreams, meet an inspirational person, or others.



Saat ini, tanggal 7 Mei 2018. Pukul 9.24 a.m. waktu Akita. Sedang perjalanan menuju ke Tokyo. Bicuz tomorrow we’ll off to Japan, going to Indonesia. Kutipan pada awal tulisanku ini sangat-sangat menginspirasiku. Untuk selalu menulis, untuk selalu bercerita. Meskipun hanya untuk diriku sendiri, I don’t mind. I just making memories for myself.

Waktu SD dulu, setiap berangkat/pulang sekolah, lewat rumah tetangga, ada pohon belimbing disana, and when the flowers blooms, I always said “Sakura!” dengan begitu riangnya. Padahal, jelas-jelas itu bukan Bunga Sakura. Tapi cantiknya kurang lebih sama, lah. Hehe.

Seperti yang teman-teman tahu, (atau mungkin jika ada yang belum tau) hal yang paling saya favoritkan adalah: bunga dan langit. When I see them, I feel something calmly. Aku merasa semuanya pasti dan akan baik-baik saja.

Time flies, tibalah saat dimana saat itu tiba. I never imagine I can see Sakura so closely. I never imagine I can feel the atmosphere of Japan. I never imagine it. Meskipun kadang aku yakin, aku bisa pergi ke “luar” dengan segala niatan dan harapan dan keyakinan dan kebahagiaan yang besar. But not for now. Maybe two, three, or many years ahead. Bukan saat ini.

Hal yang paling membuatku merasa, “Oh Allah, you are too kind to me.” Adalah saat dimana, I can see the sun rise over the sky, I can pray on the “sky”, aku bisa sholat subuh di pesawat. I never imagine it. And when I remember that time, I have to cry. Like right now.

Perjalanan menuju posisi ini, sangat amat tidak mudah. Kak Fajrin, Niken, Rizki, Mas Fiki, and all of my close friends tahu betul bagaimana prosesku menuju sini. Banyak tangisan, banyak drama, banyak pengorbanan, dan banyak hal “menyakitkan” lainnya yang kadang membuatku berpikir,”Allah baik banget sama aku.”

Awal tahun ini, awal tahun 2018, kutuliskan di kertas resolusiku, “Ke luar jawa dibayarin.” I just write it on my paper. And suddenly, saat itu tiba. Aku bisa ke luar jawa, bahkan ke luar negeri, dibayarin. I feel so blessed. Meskipun ya itu tadi, banyak sekali rintangan-rintangan yang harus dihadapi. Tapi ya disitulah tantangannya.

Ngga ngampu praktikum, ngga ikut kegiatan praktikum (ninggalin kelompok), bolos kuliah sekitar seminggu (I never do it before), ninggalin tugas-tugas dan kewajiban yang semestinya ku lakukan.

Oke, mungkin intronya sampai disitu saja. Bicuz I’m sure that you must be curious about “Kenapa bisa ke Jepang? Ngapain ke Jepang? Gimana ceritanya bisa sampai sana?” dan banyak pertanyaan lain yang (mungkin) kalian kepo in. hehe. Oke, I’ll start it.

Aku bergabung dalam sebuah tim, yang terdiri dari tiga program studi di fakultas teknik, di universitasku. Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Industri. Tim ini punya sebuah project, bikin mobil listrik, yang awalnya di pelopori oleh Teknik Mesin, kemudian kolaborasi dengan Teknik Elektro, dan akhirnya ngajak anak-anak Teknik Industri buat gabung.

Di tim ini, setiap program studi punya konsentrasinya masing-masing.

Teknik mesin di chassis dan body;

Teknik elektro di electrical;

Teknik industri di desain ergonomis.

Singkat cerita, temen-temen punya impian buat ikut kompetisi di luar. Awalnya (aku dan tim desain ergonomis) menganggap bahwa ini terlalu jauh, karena kami masih sangat-sangat baru. dan kami rasa, belum bisa, atau belum mampu, lebih tepatnya untuk ke luar, dengan bekal kami yang sangat amat minim. Dan akhirnya, dengan semua persiapan, diputuskan untuk yang berangkat dari tim chassis dan body, dan juga tim electrical.

H-15 keberangkatan, dapet kabar kalau tim desain ergonomis harus ada yang berangkat. Paling ngga satu orang. Setelah terjadi drama dan tangisan (Kak Fajrin knows it very very well), diputuskan, yang berangkat adalah aku. Which is saat itu sedang UTS, jadi ya.. gitu. Persiapan lalala dan karena awalnya ngga sempet kepikiran, dan dengan waktu yang amat sangat singkat, aku, mau ngga mau harus bener-bener lari-larian buat ngejar temen-temen yang berangkat. Baik itu persiapan teknis maupun non-teknis.

Persiapan non teknis, kaya ngurus berkas buat paspor, visa, dan lain-lain. Kargo buat pengiriman mobil ke Jepang juga.

Dan persiapan teknis, lebih ke mobilnya. Bolak-balik ke bengkel, test drive, dan semacamnya.



Karena ceritanya banyak banget, dari pada nanti kalian malah bosen bacanya, ku bagi dalam 4 sesi biar bacanya lebih enak dan ringkas. Jadi kalian bisa milih cerita mana yang ingin kalian baca.

Sesi 1. Pembuatan Paspor

Sesi 2. Pembuatan Visa

Sesi 3. Kisah di Jepang

Sesi 4. Setelah dari Jepang



Selamat membaca!


-L.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar